Pengertian
Pendidikan Jasmani Adaptif.
Pendidikan
Jasmani merupakan dari pendidikan yang menggunakan media gerak untuk belajar.
Namun dalam penyesuainya terdapat pendidikan jasmani adaptif. Pada dasarnya
keduanya adalah sama antara pendidikan jasmani adaptif dan pendidikan jasmani
biasa. Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tentunya harus memperhatikan
proses pendidikan secara menyeluruh dan didalam proses pendidikan salah satu
aspeknya adalah pendidikan jasmani.
Pendidikan
jasmani adaptif adalah bagian dari pendidikan jasmani sendiri. sisitem
pendidikan jasmani adaptif digunakan dalam pembelajaran dengan penyampaian
comperhensif. Sistem ini digunakan untuk memecahkan dan menemukan
masalah pada ranah psikomotorik siswa.
Mengapa
dalam ranah psikomotorik ? Kebanyakan ABK (anak berkebutuhan khususu) lemah dan
terdapat masalah dalam ranah psikomotoriknya, karaena kebanyakan ABK memiliki
keterbatasan kemampuan sensorik dan belajarnya. Bahkan sebagian anak
berkebutuhan khusus mengalami masalah pada proses komunikasi mereka, proses
interaksi yang tidak sempurna menyebabkan tingkah laku yang diluar kewajaran.
Jadi pendidikan jasmani adaptif mutlak diperlukan dalam suatu pembelajaran
penjas untuk anak berkebutuhan khusus dan diharapkan penjas
adaptif mampu mengembangkandan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan
yang ada.
Pengertian
Pendidikan Jasmani Adapti menurut ahli :
Menurut Sheril
: Pendidikan jasmani khusus (adaptif) didifinisikan sebagai sistem
penyampaian pelayanan yang komperhensif yang dirancang ntuk mengidentifikasi,
dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotorik.
Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Secara
garis besar tujuan pendidikan jasmani ada[tif adalah mewujukan tujuan pendidkan
bagi anak berkebutuhan khusus secara baik. Mengutip yang disampaikan Prof. Alma
Abdoellah, MSc. Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” beliau
menyebutkan beberapa tujuan penjas secara mendasar dan menyeluruh.
Ada Tiga
Program Utama Pendidikan Jasmani Adaptif :
Pendidika jasmani disesuaikan (adapted physical education) pendidikan
jasmani secara tradisional yang telah di modifikasi untuk program aktivitas
jasmani. Dengan kata lain anak yang berkebutuhan khusus dapat merasa puas
dengan kesempatan yang diperoleh untuk aktifitas fisik yang dilakukanyan dengan
memodifikasi secara tradisional. ABK diharapkan dapat ikut berpartisipasi namun
diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara
aman. Pendidikan Jasmani Korektif adalah Pendidikan jasmani yang proses
pembelajaranya pengacu pada kelainan pada postur dan mekanika tubuh. Dapat
dilihat sebagai contoh ketika anak ABK yang mengalami asma memerluka aktivitas
jasmani yang berbeda dengan teman yang normal jadi anak dengan penderita asna
tersebut dapat dimasukan dalam kelas pendidikan jasmani korektif. Pendidikan
jasmani perkembangan adalah pendidikan jasmani untuk adanya latihan
pada otot besar untuk meningkatkan kemampuan jasmani individu sampai dengan
mendekati tingkat kemampuan temanya dan mengacu pada program kebugaran jasmani
progresif.
Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan
sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang dirancang
untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI),
pengajaran bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan
koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman
pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh spesialis
dalam pendidikan jasmani khusus atau oleh seorang guru Pendidikan Jasmani yang
telah memperoleh latihan khusus untuk melaksanakan berbagai macam tugas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
pendidikan jasmani khusus adalah satu bagian khusus adalah satu bagian khusus
dalam pendidikan jasmani yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi
individu dengan kebutuhan khusus.
Selain itu diketahui pula bahwa tujuan
pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk membantu mereka mencapai
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan
dengan potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani biasa dan
khusus yang dirancang dengan hati-hati. Maka dari itu disusunlah makalah ini
untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pendekatan penjas adaptif.
Berikut beberapa rumusan masalah yang mendasari:
1. Bagaimana
sejarah penjas adaptif?
2. Apa
pengertian penjas adaptif?
3. Bagaimana
Peran penjas adaptif?
4. Apa
Tujuan dan manfaat dari penjas adaptif?
5. Bagaimana
Ruang lingkup peserta penjas adaptif?
6. Bagaimana
Teknik dan Metode dari penjas adaptif?
7. Bagiamana
Evaluasi dari penjas adaptif?
Adapun tujuan masalahnya sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui sejarah penjas adaptif
2. Untuk
mengetahui pengertian penjas adaptif
3. Untuk
mengetahui Peran penjas adaptif
4. Untuk
mengetahui Tujuan dan manfaat dari penjas adaptif
5. Untuk
mengetahui Ruang lingkup peserta penjas adaptif
6. Untuk
mengetahui Teknik dan metode pembelajaran dari penjas adaptif
7. Untuk
mengetahui Evaluasi dari penjas adaptif
a.
Sejarah Pendidikan Jasmani Adaptif
Sejarah pendidikan jasmani adaptif dapat
dibagi dalam tiga kurun waktu berdasarkan kemajuan medis, pendidikan dan perubahan
dari sikap masyarakat terhadap yang berkelainan. Kurun waktu pertama disebut
masa primitive prasejarah sampai tahun 500 sebelum masehi, selama kurun ini
sedikit sekali usaha untuk mengembangkan atau rehabilitasi gerak dan
keterampilan jasmani dari yang berkelainan. Kurun waktu kedua disebut periode
yunani dan romawi, kurun ini bercirikan perubahan dari sikap yang biasa
terhadap peran latihan jasmani. Kurun ketiga timbul Perhatian yang baru dan
kontinue dalam nilai pengobatan dari latihan jasmani.
b.
Sejarah pendidikan jasmani adaptif di
Indonesia
Sejarah pendidikan jasmani adaptif di
Indonesia, sebagaimana telah diutarakan dalam bagian pendahuluan secara
tertulis belum menjumpai dalam literature tentang pendidikan-pendidikan di
Indonesia ada aspek yang membicarakan masalah pendidikan adaptif beserta
sejarahnya. Selama pelajaran pendidikan jasmani peserta didik yang salah satu
kakinya lebih pendek dan kecil dari pada yang lain, sehingga ia pakai tongkat
penyangga untuk berjalan.
B. Pengertian Penjas Adaptif
Pendidikan jasmani adaptif didefinisikan
sebagai satu sistem penyampaian pelayan yang komprehensif yang dirancang untuk
mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan
tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran
bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan koordinasi dari
sumber atau layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani
yang optimal kepada semua anak dan pemuda.
C. Peran Penjas Adaptif
Peran dari mereka yang terlibat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan jasmani khusus adalah sebagai berikut:
1. Memberikan
pelayanan langsung kepada siswa-siswa yang berkelainan dan keluarga mereka;
2. Memberikan
latihan pra-jabatan dan dalam-jabatan.
3. Pemberian
layanan langsung dalam lingkup sekolah adalah langsung bekerja dengan anak yang
berkelainan. Layanan langsung dalam bentuk mengajar dan menilai dapat
diberikan atau dilakukan oleh seorang spesialis dalam pendidikan jasmani khusus
atau seorang guru pendidikan jasmani biasa yang telah dilatih atau memiliki
kompetensi dalam pendidikan jasmani khusus. Administrasi adalah satu peran yang
luas yang mencakup tugas-tugas seperti managemen, supervisi dan konsultasi.
D. Tujuan dan Manfaat Penjas Adaptif
1. Tujuan
pendidikan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
· Untuk
menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
· Untuk membantu siswa melindungi diri
sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas
tertentu.
· Untuk
memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah
macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
· Untuk menolong siswa memahami
keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
· Untuk
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki
harga diri.
· Untuk
membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika
tubuh yang baik.
· Untuk
menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang
dapat diminatinya sebagai penonton.
2. Maanfaat
dari Pendidikan Jasmani Adaptif
· Manfaat
bagi jasmani
Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari
jasmani. Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik pertumbuhan jaring-jaring otot dan tulang dirangsang. Jasmani anak,
khususnya anak yang gemuk, dapat dipengaruhi dengan aktivitas jasmani.
· Manfaat
bagi keterampilan gerak
Banyak faktor, termasuk belajar dan latihan, mempengaruhi
perkembangan keterampilan gerak. Guru yang profesional dan berkemampuan dapat
membantu tiap anak mengembangkan secara paling efisien koordinasi syaraf otot
(neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-gerak kreatif.
· Manfaat
bagi kesegaran
Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan
tubuh, daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan
dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat kesegarannya yang
optimal untuk kehidupan sehari-hari.
· Keuntungan
emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi.
Umpamanya, dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari
sangat kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai emosinya dan
perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru pendidikan jasmani dan
peraturan dalam tiap jenis permainan.
· Keuntungan
sosial
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang
diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan peran tiap
kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik
oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan untuk interaksi
sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan dapat membantu baik anak
berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima perbedaan individual
dari manusia.
· Keuntungan
bagi kecerdasan
Pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan intelektual.
Setiap kali anak berpartisipasi dalam permainan yang disajikan dalam pendidikan
jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tingkat
kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian intelektual, khususnya kesiapan
mental dan konsentrasi.
E. Ruang Lingkup Peserta Penjas
Adaptif
Siapa sajakah yang termasuk peserta pendidikan
jasmani adaptif, Perlu kita identifikasi dan mengategorikannya sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik anak tersebut. Karena prinsip pengajaran Pendidikan
jasmani adaptif adalah Pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik.
anak-anak yang harus mendapatkan layanan
pendidikan jasmani adaptif sebagai berikut:
1. Siswa
Autis
2. Siswa
yang mengalami hambatan penglihatan (Tunanetra)
3. Siswa yang
mengalami hambatan pendengaran dan komunikasi (Tunarungu)
4. Siswa
yang mengalami hambatan emosi ( Tunalaras)
5. Siswa
Tunagrahita
6. Siswa
yang mengalami Hambatan fisik (Tunadaksa)
7. Siswa
yang memiliki hambatan belajar (LD)
8. Siswa
yang memiliki hambatan lainnya seperti epilepsy, HIV, ADD dan ADHD, Asma,
Leukimia dan lain sebagainya.
Selain itu menurut Undang-undang rehabilitasi
Amerika serikat siswa yang berhak mendapatkan layanan pendidikan
jasmani adaptif adalah: “a person with a disability is anyone who has a
physical or mental impairment that limits one or more major life activities,
has a record of impairment, or is regarded as having animpairment.”
Jadi menurut undang-undang tersebut yang
termasuk mendapatkan layanan pendidikan jasmani adaptif adalah siswa yang
memiliki hambatan baik fisik maupun mental, atau memiliki satu atau lebih
hambatan yang bisa mengganggu aktivitas hidupnya, memiliki riwayat hambatan
yang dimilikinya atau dianggap memiliki hambatan.
F. Teknik Dan Model Pembelajaran
Penjas Adaptif
1.
Teknik Pengembangan
strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Teknik Memodifikasi
Pembelajaran
Kelihatannya masalah ini erat sekali hubungannya dengan berbagai
metode yang telah dibahas sebelumnya, faktor yang perlu dimodifikasi dan
disesuaikan para guru dalam upaya meningkatkan komunikasi dengan
siswa adalah sebagai berikut :
· Penggunaan
bahasa
· Membuat
konsep yang konkret
· Membuat
urutan tugas
· Ketersediaan
waktu belajar
· Pendekatan
“multisensory”
b) Teknik
Memodifikasi Lingkungan Belajar
Berikut ini disajikan beberapa teknik memodifikasi lingkungan
belajar siswa sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif sesuai dengan
tuntutan kebutuhan siswa. Adapun teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
· Memodifikasi
fasilitas dan peralatan.
· Memanfaatkan
ruang secara maksimal
· Menghindari
ganguan dan pemusatan konsentarsi.
· Melaksanakan
pengajaran individu
2. Metode
Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran penjas bagi
siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Metode
bagian dan metode keseluruhan
Dalam metode ini bisa kita dilakukan apabila struktur gerak cukup
kompleks, sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian agar
mendapat hasil yang optimal.
b) Metode
Kombinasi bagian keseluruhan
Kombinasi keseluruhan umumnya memberikan kemudahan dan
keuntungak bagi siswa penyandang cacat
c) Penyampaian
penjelasan dan peragaan
Metode ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran
penjas. Namun faktor penting dalam penerapannya adalah penekanan pada kombinasi
penjelasan yang dilakukan dengan peragaan atau demontrasi tugas gerak yang
sebenarnya.
G. Evaluasi Pembelajaran dari Penjas
Adaptif
Ada 4 tujuan evaluasi dan penilaian yang
secara umum telah disepakati dan diterima, baik oleh guru pendidikan jasmani
umum dan juga guru pendidikan jasmani adaptif yaitu sebagai berikut :
1. Klasifikasi/pengelompokan
Salah satu tujuan tes dan pengukuran bagi siswa penyandang cacat
adalah menentukan apakah siswa tersebut hsru dipisah dan ditempatkan dalam
kelas pendidikan jasmani khusus, atau digabung dengan kelas lainnya.
2. Diagnosis
Diagnosis ini berperan dalam mengenal dan mengetahui kemampuan
siswa serta mengarahkan pada jenis aktifitas fisik yang cocok.
3. Prediksi
Penilaian dimanfaatkan oleh guru pendidikan jasmani adaptif
untuk memperkirakan pencapaian prestasi atau kemajuan yang diperoleh siswa
dalam suatu periode tertentu.
4. Mengukur
kemajuan siswa (prestasi)
Bagi setiap guru pendidikan jasmani adaptif salah satu tujuan
paling penting dari tes dan pengukuran adalah menentukan apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai dengan baik.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu
sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan
dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam
ranah psikomotor.
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani
adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah
dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan
dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman,
sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda
satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi
dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa
yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena
itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami
keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat
membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak
Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada
mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus
dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk
keadaannya.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu
pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang
progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian
tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman
sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal
tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan
penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek
bukan sebagai obyek dilingkungannya.
1.
Pengertian
Pendidikan Jasmani Adaptif
Hendrayana menjelaskan bahwa pendidikan
jasmani adaptif adalah “sebuah program yang bersifat individual yang meliputi
fisik/jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar,
keterampilan-keterampilan dalam aktivitas air, menari, permainan olahraga baik
individu maupun beregu yang didesain untuk penyandang ABK” Menurut sherril , pendidikan jasmani khusus
didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif yang
dirancang untuk mengidentifkasi, dan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor
2. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan
strategisnya peran pendidikan jasmani adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan
bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan
Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai
berikut:
a. Untuk menolong siswa
mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b. Untuk membantu siswa
melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui
Penjas tertentu.
c. Untuk memberikan
kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam
olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d. Untuk menolong siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e. Untuk membantu siswa
melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f. Untuk membantu
siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh
yang baik.
g. Untuk menolong siswa
memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
3.
Manfaat
Pendidikan Jasmani Adaptif
1. Manfaat bagi jasmani
Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan
maksimal dari jasmani. Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jaring-jaring otot dan tulang dirangsang.
Jasmani anak, khususnya anak yang gemuk, dapat dipengaruhi dengan aktivitas
jasmani.
2. Manfaat bagi keterampilan gerak
Banyak faktor, termasuk belajar dan latihan,
mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak. Guru yang profesional dan
berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara paling efisien
koordinasi syaraf otot (neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-gerak
kreatif.
3. Manfaat bagi kesegaran
Melalui satu program pendidikan jasmani yang
seimbang, kekuatan tubuh, daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat
dikembangkan dan dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat
kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.
4. Keuntungan emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani
melibatkan emosi. Umpamanya, dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat
berubah dari sangat kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai
emosinya dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru
pendidikan jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.
5. Keuntungan social
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar
dengan cara yang diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk
mengembangkan peran tiap kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai
moral yang dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan
kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan dapat
membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima
perbedaan individual dari manusia.
6. Keuntungan bagi kecerdasan
Pendidikan jasmani dapat meningkatkan
perkembangan intelektual. Setiap kali anak berpartisipasi dalam permainan yang
disajikan dalam pendidikan jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar
berpendapat bahwa tingkat kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian
intelektual, khususnya kesiapan mental dan konsentrasi.
4.
Modifikasi
dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis
ABK dikelompokkan menjadi:
a. ABK yang memilik
masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiki
masalah dalam gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki
masalah dalam belajar
d. ABK yang memiliki masalah
dalam tingkah laku
Dari masalah yang disandang dan karakteristik
setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam
pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari
pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
a. Modifikasi aturan
main dari aktivitas pendidikan jasmani.
b. Modifikasi
keterampilan dan tekniknya.
c. Modifikasi teknik
mengajarnya.
d. Modifikasi lingkungannya
termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain,
kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan
modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan
modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain
lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi
alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis
masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari
setiap jenis ABK.
5. Program Pendidikan Jasmani untuk Anak
Cacat
Program pendidikan jasmani untuk anak cacat,
dibagi menjadi 3 kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan
permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak.
a. Pengembangan gerak
- Gerakan yang
tidak berpindah tempat.
- Gerakan
yang berpindah tempat.
- Gerakan
keseimbangan.
b. Olahraga dan
Permainan
- Olahraga
permainan yang bersifat rekreatif
- Permainan
lingkaran
- Olahraga
dan permainan beregu
- Olahraga
senam dan aerobic
- Olahraga
pemainan air.
c. Kebugaran dan
Kemampuan Gerak
- Aktivitas
yang meningkatkan kekuatan.
- Aktivitas
yang meningkatkan kelentukan.
- Aktivitas
yang meningkatkan kelincahan.
- Aktivitas
yang meningkatkan kecepatan.
- Aktivitas
yang meningkatkan daya tahan
6. Metode Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam
pembelajaran penjas bagi siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a.
Metode bagian dan
metode keseluruhan
1.
Dalam metode ini bisa
kita dilakukan apabila struktur gerak cukup kompleks, sehingga diperkirakan
dengan mempelajari bagian demi bagian agar mendapat hasil yang optimal.
b.
Metode Kombinasi
bagian keseluruhan
2.
Kombinasi keseluruhan
umumnya memberikan kemudahan dan keuntungak bagi siswa penyandang cacat
c.
Penyampaian penjelasan
dan peragaan
3.
Metode ini sudah lazim
dilakukan dalam proses pembelajaran penjas. Namun faktor penting dalam
penerapannya adalah penekanan pada kombinasi penjelasan yang dilakukan dengan
peragaan atau demontrasi tugas gerak yang sebenarnya.
1. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis kecacatan terutama dari aspek fiikal
(jasmaniah) dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Gangguan pengelihatan/ Kebutaan
Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi
dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau
dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat
bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan khusus. Bergangguan
penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan
penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya,
serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan
mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang
keanehan dari penglihatan orang normal.
b. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan
yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi
primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada
usia pertengahan Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis.
fenonema tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran
yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi
dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai
faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat
berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.
c. Tuna Wicara
Tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang
memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen, karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Bahasa merupakan alat komunikasi yang
dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Jika seorang
anak mengalami tunawicara mereka akan kesulitan untuk mengembangkan diri
melalui segi sosial, emosional, maupun intelektualnya. Anak-anak tunawicara
juga akan kesulitan mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesama,
memperoleh pengetahuan, dan saling bertukar pikiran. Perkembangan fisik dan
motorik anak tunawicara tidak berbeda dengan anak normal lainnya. Misalnya saja
pada anak-anak yang tunawicara di SD Dena Upakara, dilihat sekilas tidak tampak
adanya perbedaan fisik. Perkembangan serta kemampuan berpikir merekapun sama
dengan anak normal.
1. Jenis kehilangan
pendengaran utama ada 2 yaitu:
- Kehilangan
pendengaran konduktif atau bagian penerimaan: kecacatan ini terjadi akibat dari
kerusakan pada telinga luar atau telinga tengah yang mengurangi intensitas
bunyi yang sampai ke telinga dalam. Ketulian jenis ini biasanya dapat dibantu
dengan alat bantu pendengaran.
- Kehilangan
pendengaran sensoris-neural atau bagian penangkap bunyi: kecacatan ini terjadi
akibat kerusakan pada telinga dalam atau saraf auditoris yang membawa impuls
(getaran) ke otak.
d. Cacat Mental
Anak cacat mental adalah mereka yang
kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang
cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang
berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk
sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan
bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam
pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbol-simbol,
berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka
kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak cacat mental
banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil
badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu
dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua
mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai
ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang ringan,
sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental dengan
sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa Inggris sakit mental
disebut mental illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina
kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris
disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan
ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan
(inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya
terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat
mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir
sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap
saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak
mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa.
e. Cacat Fisik
Orang-orang yang cacat tubuhnya atau cacat
fisik adalah mereka yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar
kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Faktor keturunan
(genetik) Salah satu penyebab bayi terlahir cacat adalah faktor keturunan, Hal
ini bisa disebabkan karena kelainan kromosom, kelainan gen tunggal, dan
multifaktual.adapun Cacat fisik karena kecelakaan 1.Dinamika keduanya
agak berbeda, 2. Tergantung juga pada usia saat terjadi
kecacatan, 3. Ada tidaknya trauma.
f. Penyimpangan Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan
dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk
menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb,
G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi
dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan
tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara
efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam
mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A.
Aziz.2006. p.96) Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body
Aligment (postur tubuh) 2. Balance/Keseimbangan 3. Koordinated body movement
(gerakan tubuh yang terkoordinir).
A. DEVINISI DESAIN PEMPELAJARAN
ADAPTIF
Pembelajaran Penjas
adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan kemampuan dan dayaserap
siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat menyalurkan kemampuan yang ada
dalam dirinya,dan dapat di implementasikan melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran
Penjas Adaptif adalah meningkatkan kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif.
Supaya mereka dapat mandiri dan dapat menjalani masa depanya secara mandiri
agar mereka dapat terjun di masyarakat.
Tidak ada satu anak
manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada satu anak
manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang ingin
dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan.
Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki kelahiran anaknya
menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak
cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak
dikehendaki oleh kedua orang tuanya.
Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan
dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Kelahiran
seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga
berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila
Tuhan menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu
bisa terjadi.
Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari
kecacatannya secara fisik, mental atau social. Tuhan melihat manusia dari
ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu keluarga bukan berarti
keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK pada satu keluarga
karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga tersebut untuk
berbuat yang terbaik pada anaknya. Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa.
Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang
tidak memiliki kelainan atau normal. Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar
Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk
masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki
pengetahuan dan keterampilan PLB, Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi
anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.
Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus
dan atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan
anak. Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya,
semakin kuat mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh
lebih berkembang bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak
disekolahkan.
Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik
hasil yang diperoleh. Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan
sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh
orang lain anak lainnya. Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang
pendidikan bagi ABK.
Seolah olah PLB hanya
ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang kelainan atau
ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini tidak
benar, sebab SLB bukan habitatnya.
Habitat ABK sama dengan habitat anak pada umumnya yang
normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah tidak dapat
menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu sendiri.
Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB
hanya bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama dan identik dengan
SLB. Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah
biasa dengan pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan
karakteristiknya oleh guru biasa.
Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK
perlu juga bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat
diberikan pelayanan PLB. Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB
dan hak asasi anak , maka PLB bergerak dari pendidikan yang bersifat terpisah
atau segregasi kearah pendidikan bersifat integrasi(terpadu). Kenyataan di
Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai tempat
pendidikan formal anak berkebutuhan khusus.
Dimanapun ABK
bersekolah pembelajaran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan
tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK. B.PENGETIAN DESAIN
PEMBELAJARAN Devinisi desain pembelajaran adaptif dapat diartikan sebagai:
Skenario pembelajaran penjas adaptif yang di susun sedemikian rupa guna
meningkatkan kualitas pembelajaran dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran
tersebut.
Desain pembelajaran sebagai suatu proses merupakan
sistematika pengembangan spesifikasi pembelajaran yang menggunakan teori
belajar mengajar guna menjamin mutu pengajaran. Desain pembelajaran
mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan
pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan.
Salah satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi
standar model desain pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang
perta-ma kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. Adapun sembilan langkah
dimaksud adalah:
a)
Mendapatkan perhatian (gain attention): Lankah
ini menyediakan stimulus untuk menarik perhatian dan melibatkan pebelajar serta
memotivasi.
Langkah
ini dimulai dengan mengemukakan suatu masalah, menyajikan situasi baru,
mengguna-kan multimedia, mengajukan pertanyaan.
b)
Menyampaikan tujuan pembelajaran (Inform about
the goal and objective):
Langkah
ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pebelajar dapat
mereka menggunakan pengetahuan yang akan dipelajari sebagai hasil
pem-belajaran.
c)
Stimulasi untuk menghadirkan pengetahuan
sebelumnya (Simulate recal of prior knowledge).
Langkah
ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui
apa yang telah mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau
keterampilan. Langkah ini juga akan menggambarkan bagai-mana pengetahui saling
berkaitan.
Sebaiknya
langkah ini dilakukan dengan kerang-ka yang membantu pembelajaran dan ingatan.
d)
Menyajikan materi yang dipelajari (Present the
material to be learned). Langkah ini menyediakan dan menampilkan isi
pembelajaran yang baru dalam bentuk teks, grafis, simulasi, bagan, gambar atau
suara. Informasi yang disampai-kan hendaknya disusun (chunking) agar mudah
diingat untuk menghindari kelebih-an beban memori.
e)
Menyediakan bantuan pembelajaran (Provide
learning guidance).
Langkah
ini mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks.
Per-lu diingat bahwa presentasi isi berbeda dari petunjuk atua instruksi
tentang bagai-mana belajar.
f) Memancing
kegiatan pebelajar (Elicit performance). Pada langkah ini, pebelajar perlu
mendemonstrasikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan atau perilaku yang
baru diperoleh.
g) Berikan
tanggapan balik (provide feedback). Pada langkah ini, pebelajar perlu
diberitahu tentang performans belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang
dila-kukan dengan benar, tingkah laku pebelajar dianalisis, atau menunjukkan
solusi atas kesulitan atau masalah.
h) Mengukur
performans (assess performance). Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang kemajuan performans pebelajar secara umum
i) Meningkatkan retensi dan transfer (enhance
retention and transfer).
Tahap
terakhir ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi
pembela-jarannya. Tahap ini juga diperlukan untuk menginformasikan
situasi-situasi masa-lah yang serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan
mengupayakan agar mereka dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil
pembelajaran.
C. PENGERTIAN DESAIN
PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pengertian desain Pembelajaran Adaptifsecara umum adalah:
Cara Metode tentang tata cara dalam mengajarkan penjas bagi anak-anak yang
berkebutuhan khusus supaya materi yang kita ajarkan dapat di terima dan diserap
dengan baik oleh anak-anak tersebut. Disini tidak akan membahas terlalu dalam
tentang pembelajaran adaptif karena tidak akan cukup bila di buat dalam sebuah
artikel, artikel ini hanya membahas sedikit tentang pembelajaran Penjas Adaptif
dalam suatu lingkup saja dan hanya pada satu macam anak yang menderita Tuna,
yaituTuna Rungu(pendengaran)
A . HAKEKAT
PEMBELAJARAN ADAPTIF
Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang
dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari,
dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya
adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK
yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang,
diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga
memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri tiga
komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen tersebut bila
dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.
Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa adalah Pembelajaran
yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik
yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu
diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas,
maka secara operasional di lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat
diartikan sebagai kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
B .HAKEKAT ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam
bahasa Inggris disebut “Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan
Khusus atau Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga
istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya
menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di
atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari
mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment,
disability, handicap. Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada
jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi
atau tidak adanya bagian tubuh tertentu. Handicap berhubungan dengan kelainan
dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental,
tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian
sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity)
membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB.
Sesuai dengan hak
asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan
keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus
dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan
lingkungan ABK. Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah
mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak
yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain
yaitu dididik dan disekolahkan.
Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang
disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau
perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga
membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki
hak yang sama dengan anak biasa lainnya.
Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia
penyandang cacat yang meliputi: Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to
Educated Oneself) Hak untuk pekerjaan dan profesi
Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus Untuk keperluan
Pendidikan Luar Biasa,
Anak
Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1.
Masalah (problem) dalam Sensorimotor Anak yang
mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan
kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem. Kelainan
sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti
selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan
sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian
besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah
dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam
sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa) Setiap
jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru
khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap
jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk
keberhasilan pembelajaran ABK.
2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang
mengalami problem dalam belajar adalah:
a.
Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
b.
Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c.
Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
d.
Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy
handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2.Penyebab Kelainan Pada ABK Secara umum dapat
dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada
Anak Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau
dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a) Pre Natal (sebelum kelahiran) Sebelum kelahiran dapat terjadi
di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur
ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan.
Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan
keturunan. Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu
yang terbentur kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan
atau obat yang menciderai janin dan sebagainya.
b) Natal (di saat melahirkan) Pada saat ibu sedang melahirkan
bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah,
infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya. c)Post Natal Kelainan
terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah
anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan,keracunan dan sebagainya.
Kesegaran Jasmani dan
Gerak Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran
yang lebih baik daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan
terbatas melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada
diperlukan (buell, 1973).
Gerak tanpa melihat
kurang efisien dalam penggunaan energi daripada gerak dengan melihat. Aktivitas
yang tidak sukar yang menekankan pada pengembangan kekuatan dan daya tahan
kardiovaskuler bagi berpenglihatan terbatas merupakan sesuatu yang perlu
ditekankan. Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman bagi peserta didik melalui
aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat seperti: Angkat beban menggunakan
alat universal (mulai dengan tanpa beban terlebih dahulu, kemudian diberi
beban)
1.latihan isometrik
2.memanjat tali jala
yang digantungkan
3.lari ditempat
4.sepeda yang berada
di tempat
5 Lari menempuh jarak
tertentu
Hubungan Olahaga Pendidikan dan Olahraga Adaptif :
1. Olahraga
sebagai alat pendidikan manusia seutuhnya.
2. Tiap-tiap
individu memiliki perkembangan yang berbeda termasuk yang cacat
3. Individu
berbeda dan kebutuhan berbeda
4. Olahraga untuk
meningkatkan fungsi organ anak orag cacat
Ciri dari
program pengajaran penjas adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani
adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah
dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
Program Pengajaran Penjas adaptif
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan
aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi
roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat
berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan
kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya.
Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong
siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
Program Pengajaran Penjas adaptif
harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa.
Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap
tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani
adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang
memperburuk keadaannya.
Program Pengajaran Penjas adaptif
harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK.
Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani
yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan
demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman
sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal
tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan
penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek
bukan sebagai obyek dilingkungannya.
Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis
ABK dikelompokkan menjadi:
ABK yang memilik masalah dalam sensoris
ABK yang memiki masalah dalam gerak dan
motoriknya
ABK yang memiliki masalah dalam belajar
ABK yang memiliki masalah dalam tingkah
laku
Dari masalah yang disandang dan karakteristik
setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam
pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari
pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
1. Modifikasi aturan main dari aktivitas
pendidikan jasmani.
2.Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3.Modifikasi teknik mengajarnya.
4.Modifikasi lingkungannya termasuk ruang,
fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain,
kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan
modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan
modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain
lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi
alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis
masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari
setiap jenis ABK.
Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan
strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan
pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul
“Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi
ABK sebagai berikut:
1.
Untuk menolong siswa
mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2.
Untuk membantu siswa
melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui
Penjas tertentu.
3.
Untuk memberikan
kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam
olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4.
Untuk menolong siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu
siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga
diri.
6. Untuk membantu
siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh
yang baik.
Ruang
Lingkup Peserta Penjas Adaptif
A. Jenis-jenis Kecacatan
Jenis kecacatan terutama dari aspek
fiikal (jasmaniah) dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Gangguan
pengelihatan/ Kebutaan
Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan khusus. Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.
2.
Gangguan pendengaran
Gangguan
pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin
lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel
epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan Kehilangan pendengaran pada
lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu penyakitsimetris
bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama
memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi,
faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa
sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan
presbiskusis.
3. Tuna Wicara
Tunarungu
adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen, karena memiliki hambatan dalam pendengaran
individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
disebut tunawicara. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan
dengan sesamanya. Jika seorang anak mengalami tunawicara mereka akan kesulitan
untuk mengembangkan diri melalui segi sosial, emosional, maupun intelektualnya.
Anak-anak tunawicara juga akan kesulitan mengungkapkan perasaan dan
keinginannya terhadap sesama, memperoleh pengetahuan, dan saling bertukar
pikiran. Perkembangan fisik dan motorik anak tunawicara tidak berbeda dengan
anak normal lainnya. Misalnya saja pada anak-anak yang tunawicara di SD Dena
Upakara, dilihat sekilas tidak tampak adanya perbedaan fisik. Perkembangan
serta kemampuan berpikir merekapun sama dengan anak normal.
a.
Jenis kehilangan pendengaran utama ada 2 yaitu:
Kehilangan
pendengaran konduktif atau bagian penerimaan: kecacatan ini terjadi akibat dari
kerusakan pada telinga luar atau telinga tengah yang mengurangi intensitas
bunyi yang sampai ke telinga dalam. Ketulian jenis ini biasanya dapat dibantu
dengan alat bantu pendengaran.
Kehilangan
pendengaran sensoris-neural atau bagian penangkap bunyi: kecacatan ini terjadi
akibat kerusakan pada telinga dalam atau saraf auditoris yang membawa impuls
(getaran) ke otak.
b.
Penyebab Tunawicara
Perkembangan bahasa dan bicara
berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat keterbatasan pendengaran,
anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian, anak yang
tunarungu mengalami hambatan dalam berbicara atau disebut dengan tunawicara.
Masalah pendengaran ini bersumber dari faktor kelahiran, saat lahir, dan
setelah lahir, seperti sebagai berikut:
1. Sebelum masa kelahiran:
a.
Penyakit menurun yang disebabkan oleh gen.
b.
Bukan penyakit turunan
Sakit semasa hamil, terutama oleh
virus seperti rubela, demam glandular, dan selesma.
Semasa hamil, sang ibu mengidap
penyakit yang disebabkan oleh pola makan, seperti beri-beri dan kencing manis.
Semasa hamil, sang ibu mengonsumsi
obat ataupun bahan kimia seperti kuanin
dan streptomycin.
Sang ibu menderita toksemia pada
masa akhir kehamilan.
Sering hamil.
2. Saat melahirkan
a. Masa
melahirkan yang terlalu lama atau bayi sulit keluar yang menyebabkan terjadinya
tekanan yang kuat pada bagian telinga.
b.
Kelahiran prematur.
c.
Cedera pada saat dilahirkan, terutama pada untukan telinga.
d.
Penyakit hemolisis yang seringkali
disebabkan oleh faktor Rh.
3. Setelah kelahiran
a. Anak
mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, seperti gondok dan
campak.
b. Kecelakaan
yang mencederai bagian telinga.
c.
Pengonsumsian antibiotik, seperti streptomycin.
d.
Menangkap bunyi yang terlalu keras dalam jangka waktu yang lama.
4. Cacat Mental
Anak cacat
mental adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di
samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Mereka
kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang
berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk
sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan
bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam
pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbol-simbol,
berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis.
Dan juga
mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak cacat
mental banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan
kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan
tertentu dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka
semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka
mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental
dengan sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan.
Dalam bahasa
Inggris sakit mental disebut mental
illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah
laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan
ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan
(inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya
terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat
mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir
sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap
saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak
mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa.
5. Cacat Fisik
Orang-orang
yang cacat tubuhnya atau cacat fisik adalah mereka yang tubuhnya tidak normal
sehingga sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat.
Faktor keturunan (genetik) Salah satu penyebab bayi terlahir cacat adalah
faktor keturunan, Hal ini bisa disebabkan karena kelainan kromosom, kelainan
gen tunggal, dan multifaktual.adapun Cacat fisik karena kecelakaan
1. Dinamika
keduanya agak berbeda,
2.
Tergantung juga pada usia saat terjadi kecacatan,
3. Ada
tidaknya trauma.
6. Gangguan Emosional
Gangguan
emosi adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik
karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada
hakikatnya tidak ada emosi yang positif dan positif, tergantung persepsi individu
yang terkait dan akibat yang akan dialaminya
Ada beberapa alasan orang mengalami gangguan emosi dikarenakan hal-hal seperti berikut:
Ada beberapa alasan orang mengalami gangguan emosi dikarenakan hal-hal seperti berikut:
a.
Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti kecemasan, dan kemarahan yang
terlalu sering atau terlalu kuat.
b.
Seseorang mengalami emosi tertentu yang terlalu jarang atau terlalu lemah.
Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau
penolakan.
c.
Seseorang merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.Misalnya pacar
membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa
takut, dan lainnya.
d.
Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi.
Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya.
7. Epilepsi
Umumnya yang
diketahui masyarakat tentang epilepsi adalah kejang. Serangan epilepsi tak
selalu dalam bentuk kejang. Epilepsi merupakan gangguan kelistrikan dalam otak
yang mana salah satu bagian otaknya tidak normal.
Epilepsy merupakan
gangguan susu saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
(seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (Unprovoked) dan berkala.
Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak
dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak, dominant dari
pada proses inhibisi.
Perubahan-perubahan
di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion
ekstraselular, voltage-gated ion-channel opening dan menguatkan sinkroni neuron
sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan
epileptic.
Aktivitas
neuron diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraselular dan
intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membrane neuron.
Factor mencetus epilepsy :
1.
Tekanan
2.
Kurang tidur atau rehat
3.
Sensitive pada cahaya yang terang (photo sensitive), dan
4.
Minum minuman keras
5.
Kejadian paroksismal
8. Kegemukan (Obesitas
Obesitas adalah
kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan
energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.
Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar
25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari
30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang
yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan
20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan
41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan
>100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang
gemuk).
9. Penyimpangan Mekanika
Tubuh
Mekanika
tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang
aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan
aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004
p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan
sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya,
mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan
mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96)
Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body
Aligment (postur tubuh)
2.
Balance/Keseimbangan
3.
Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir).
a.
Penyebab mekanika tubuh tidak baik
1.
Gizi yang tidak baik
2.
Otot-otot lemah
3.
Jasmani yang tidak aktif
4.
Penggunaan sisi tubuh yang terus menerus
5.
Pakaian dan sepatu yang tidak enak dipakai
6.
Penyakit yang kronis.
b.
Empat pola gerak yang umum
Ketentuan umum tentang mekanika
tubuh yang baik adalah bahwa bagian-bagian tubuh harus menunjang satu dengan
yang lain dalam satu garis vertical yang lurus langsung diatas dasar penunjang.
Untuk mendapatkan pemahaman tentang mengaplikasikan ketentuan ini secara ringkas
akan dianalisis empat pola gerak umum seeperti duduk, berjalan dan berlari.
B. Faktor-faktor penyebab
kecacatan
Sejak lahir
Ø Kelainan genetika
Ø Infeksi saat berada dikandungan
Ø Kurang gizi
Ø Trauma persalinan
Ø Obat dan radiasi
Ø Akibat penyakit menular di dalam
kandungan
Masa kanak - kanak
Ø Kurang gizi dan vitamin
Ø Infeksi
Ø Radang otak dan selaput otak
Ø kecelakaan
Masa remaja / dewasa
Ø Kemunduran syaraf mata
Ø Benturan benda keras, tajam, cair,
gas, sinar dan zat kimiapenyakit
Ø Diabetes melitus
Ø Hipertensi
Ø Infeksi pada mata
Ø Radang otak
Ø Kornea mata rusak
Strategi Pengelolaan dan Model Pembelajaran Penjas Adaptif
A. Materi dab Model Penjas Adaptif
1. Pemilihan materi dan
faktor pertimbangan
Pengulangan dan perbaikan pendidikan jasmani
adaptif merupakan bagian rutin dari pengajatan penjas adaptif. Oleh karena itu,
materi pembelajaran harus diselidiki secermat mungkin, dan dilaksanakan secara
tepat oleh para siswa, sehingga terhindar dari cedera otot atau sendi.
Pemilihan materi yang tepat, juga membantu dalam perbaikan penyimpangan postur
tubuh, meningkatkan kekuatan otot, kelincahan, kelenteruran, dan meningkatkan
kebugaran jasmani.
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu program pembelajaran
akan lebih efektif bila diklarifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
kecacatan.
Ada beberapa faktor yang perlu
mendapat pertimbangan dalam menentuka jenis dan materi pembelajaran bagi siswa
:
1. Pelajari rekomendasi dan deagonis dokter yang
menanganinya.
2.
Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes pendidikan
jasmani.
3.
Olahraga kesenagan apa saja yang paling diminati.
2.
Program Pendidikan Jasmani untuk Anak Cacat
Program pendidikan jasmani untuk
anak cacat, dibagi menjadi 3 kategoti yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga
dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak.
1.
Pengembangan gerak
a.
Gerakan yang tidak berpindah tempat.
b.
Gerakan yang berpindah tempat.
c.
Gerakan keseimbangan.
2. Olahraga dan
Permainan
a.
Olahraga permainan yang bersifat rekreatif
b.
Permainan lingkaran
c.
Olahraga dan permainan beregu
d.
Olahraga senam dan aerobic
e.
Olahraga pemainan air.
3. Kebugaran dan
Kemampuan Gerak
a.
Aktivitas yang meningkatkan kekuatan.
b.
Aktivitas yang meningkatkan kelentukan.
c.
Aktivitas yang meningkatkan kelincahan.
d.
Aktivitas yang meningkatkan kecepatan.
e.
Aktivitas yang meningkatkan daya tahan
B.
Pembalajaran Individu
Pembelajaran
individu dimaksudkan agar kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi sesuai
dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Pembelajaran individu dalam konteks ini
bukan berarti melakukan pembelajaran kepada siswa satu demi satu. Tetapi proses
pembaelajaran ini dimaksud agar guru
penjas dapat merencanakan aktivitas jasmani yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan jenis kecacatan siswa.
Sedamgkan
strategi pembelajarannya adalah suatu kerangka intruksional yang di terapkan
dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh kesempatan melakukan
pengalaman belajar maksimal.
C.
Metode Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran
penjas bagi siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Metode bagian dan metode keseluruhan
Dalam metode ini bisa kita dilakukan
apabila struktur gerak cukup kompleks, sehingga diperkirakan dengan mempelajari
bagian demi bagian agar mendapat hasil yang optimal.
2.
Metode Kombinasi bagian keseluruhan
Kombinasi keseluruhan umumnya
memberikan kemudahan dan keuntungak bagi
siswa penyandang cacat
3.
Penyampaian penjelasan dan peragaan
Metode ini sudah lazim dilakukan dalam proses
pembelajaran penjas. Namun faktor penting dalam penerapannya adalah penekanan
pada kombinasi penjelasan yang dilakukan dengan peragaan atau demontrasi tugas
gerak yang sebenarnya.
D.
Pengembangan Strategi Pembelajaran
Pengembangan strategi pembelajaran
dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. Teknik Memodifikasi
Pembelajaran
Kelihatannya masalah ini erat sekali hubungannya dengan berbagai metode
yang telah dibahas sebelumnya, faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan
para guru dalam upaya meningkatkan
komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut :
1.
Penggunaan bahasa
2.
Membuat konsep yang konkret
3.
Membuat urutan tugas
4.
Ketersediaan waktu belajar
5.
Pendekatan “multisensory
2. Teknik Memodifikasi
Lingkungan Belajar
Berikut ini disajikan beberapa
teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa sehingga tercipta suasana belajar
yang kondusif sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Adapun teknik-teknik
tersebut adalah sebagai berikut
1.
Memodifikasi fasilitas dan peralatan.
2.
Memanfaatkan ruang secara maksimal
3.
Menghindari ganguan dan pemusatan konsentarsi.
4.
Melaksanakan pengajaran individu.
Evaluasi dan Pengukuran Penjas
Adaptif
A. Pentingnya Pengukuran dan
Evaluasi
Dalam dunia pendidikan, termasuk
pendidikan jasmani adaptif, tes, pengukuran dan evaluasi merupakan faktor
penting untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Maka hasil evaluasi dapat
digunakan untuk merncanakan dan menyesuaikan program individual bagi setiap
siswa yang memiliki jenis dan kecacatan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Menyusun program yang
sesuai bagi setiap anak,termasuk usaha-usaha untuk menyempurnakan
kekurangan siswa.
B. Hakekat Tes, Pengukuran dan
Evaluasi penjas adaptif
1. Tes
Tes adalah suatu tehnik pengumpulan
data dengan menggunakan peralatan yang spesifik, atau memerlukan prosedur yang
tertentu bila menggunakan metode observasi.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu tehnik dalam
proses penjaringan data atau hasil tes berupa simbol-simbol, misalnya skor/nilai
yang dicapai oleh seseorang.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu istilah yang
sering digunakan oleh guru pendidikan jasmani umum, sedangkan penilaian
digunakan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Namun beberapa penulis buku
menggunakan istilah evaluasi dan penilaian secara bergantian sesuai dengan
konteksnya.
4. Penilaian
Penilaian merupakan proses penafsiran hasil-hasil
pengukuran untuk membuat suatu keputusan tentang penempatan atau pengelompokan
siswa.
C. Tujuaan Evaluasi dan Penilaian Penjas Adaptif
Ada 4 tujuan evaluasi dan penilaian
yang secara umum telah disepakati dan diterima, baik oleh guru pendidikan
jasmani umum dan juga guru pendidikan jasmani adaptif yaitu sebagai berikut :
1.
Klasifikasi/pengelompokan
Salah satu tujuan tes dan pengukuran bagi siswa
penyandang cacat adalah menentukan apakah siswa tersebut hsru dipisah dan
ditempatkan dalam kelas pendidikan jasmani khusus, atau digabung dengan kelas
lainnya.
2.
Diagnosis
Diagnosis ini berperan dalam mengenal
dan mengetahui kemampuan siswa serta mengarahkan pada jenis aktifitas fisik
yang cocok.
3.
Prediksi
Penilaian dimanfaatkan oleh guru
pendidikan jasmani adaptif untuk memperkirakan pencapaian prestasi atau
kemajuan yang diperoleh siswa dalam suatu periode tertentu.
4.
Mengukur kemajuan siswa (prestasi)
Bagi setiap guru pendidikan jasmani
adaptif salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran adalah
menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.
D. Pedoman
Pengukuran Tes
Sebelum
menggunakan suatu bentuk tes, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
antara lain :
a. Seorang guru
penjas adaptif haris betul-betul memahami dengan baik tes yang akan digunakan,
termasuk cara pelaksanaannya dan peruntukannya.
b. Tes
yang digunakan tersebut harus sahih, artinya tes tersebut dapat mengukur
keretampilan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
c.
Tes yang digunakan harus terandal, artinya tes tersebut memberikan hasil yang
konsisten.
d.
Guru penjas adaptif harus selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling tepat
sesuai dengan jenis tingkatan kecacatan siswa.
e.
Suatu tes yang ditunjukkan untuk keperluan diagnosis, maka jangan hanya
menggunakan tes saja, tetapi gunakan jenis tes yang lainnya.
f.
Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaanya juga harus menjadi
pertimbangan dalam memilih dan menggunakan tes.
g. Tes
yang digunakan harus objektif, artinya bila lebih dari dua orang yang
memberikan penilaian berdasarkan tes yang dilakukan, maka hasilnya harus
mendekati sama.
h.
Untuk mendapatkan kesasihan suatu tes maka lakukanlah pengetesan
berulang-ulang.
i.
Harus ada saling percaya dan saling mengenal antara yang di tes dengan orang
yang melakukan tes.
E. Jenis Tes untuk Anak Cacat
1. Tes Kebugaran jasmani
1)
Hollis fait
school of physical education university of conecticut
2)
Metropolitan
Toronto association for retarded
3)
AAHPERD
Youth fitness tes adation for the blind (Buell, 1973)
4)
Tes kebugaran jasmani yang dibuat oleh jack hilsendager dan man, pada tahun
1973
5)
AAHPERD
physical education and recreation for visually handicapped tahun 1974
6)
AAHPERD
2. Tes Keterampilan
a.
Besic motor ability test revised
b.
Bruiniks-Gseresky test of motor profiency
c.
Six-category gross-motor test
d.
Standard brands education service oleh
M. peanut
e.
ICAN body management
3. Tes Kebugaran Morotik
AAHPERD, tes kebugaran motorik untuk anak
keterbelakangan mental sedang dengan kisaran usia antar 6-20 tahun putra maupun
putrid.
4.
Tes penyimpangan Sikap Tubuh
a.
Full view dynamic posture evaluation
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi
sikap tubuh, yang walaupun belum ada kesepakatan mengenai bagaimana sikap tubuh
yang benar.
b.
ICAN : Health and fitness
Tes ini bertujuan untuk mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan sikap tubuh, baik sikap tubuh statis maupun
dinamis yang meliputi berdiri, berjalan, duduk, naik dan tutun tangga.
Pembelajaran pada
dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa
seperti yang dikemukakan Sagala (2006:61) bahwa: “Pembelajaran merupakan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Kendala
yang sering di jumpai oleh para pengajar adalah sarana dan prasarana yang
kurang memadai, kondisi siswa yang kurang memungkinkan, dll.
Maksud dari siswa yang kurang memungkinkan keadaannya
adalah siswa-siswa yang mempunyai kelainan atau cacat sehingga perlu penanganan
khusus dibandingkan menangani siswa yang normal. Dalam pendidikan jasmani
penanganan untuk anak-anak yang mempunnyai kelainan atau cacat biasa disebut
dengan pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani yang disesuaikan.
Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang
bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan
dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak
Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai
akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan
belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah
laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi
Anak Berkebutuhan Khusus
Hubungan Olahaga Pendidikan dan Olahraga Adaptif
1.
Olahraga sebagai alat pendidikan manusia seutuhnya.
2.
Tiap-tiap individu memiliki perkembangan yang berbeda termasuk yang cacat
3.
Individu berbeda dan kebutuhan berbeda
4.
Olahraga untuk meningkatkan fungsi organ anak orag cacat
Ciri dari program pengajaran penjas adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif
memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan
kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
Program
Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan
siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang
berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam
bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan
tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda
dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan
jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan
kemampuan jasmani dan mentalnya.
Program
Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang
disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan
fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program
pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi
diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.
Program
Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu
program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan
otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati
tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif
dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa
memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan
bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.
Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani
Adaptif
Bila dilihat masalah dari
kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
ABK yang memilik masalah dalam
sensoris
ABK yang memiki masalah dalam gerak
dan motoriknya
ABK yang memiliki masalah dalam
belajar
ABK yang memiliki masalah dalam
tingkah laku
Dari masalah yang disandang dan
karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi
dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari
pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
1. Modifikasi aturan main dari
aktivitas pendidikan jasmani.
2.Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3.Modifikasi teknik mengajarnya.
4.Modifikasi lingkungannya termasuk
ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang
lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin
membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin
membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi
mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga
butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung
dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan
pengajaran dari setiap jenis ABK.
Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Sebagaimana dijelaskan diatas betapa
besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan
pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul
“Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi
ABK sebagai berikut:
- Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang
dapat diperbaiki.
- Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari
kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
- Untuk memberikan kesempatan pada siswa
mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas
jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
- Untuk menolong siswa memahami keterbatasan
kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk
membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki
harga diri.
6. Untuk
membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika
tubuh yang baik.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan
suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan
dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor. Dalam pendidikan jasmani penanganan untuk anak-anak yang mempunnyai
kelainan atau cacat biasa disebut dengan pendidikan jasmani adaptif atau
pendidikan jasmani yang disesuaikan. Sifat program pengajaran pendidikan
jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani
ditambah dengan kata adaptif
Dengan membaca dan memahami makalah ini semoga dapat menjadi suatu tambahan
pengetahuan bagi pembaca tentang pendidikan jasmani dan olahraga adaptif.
Semoga dengan membaca ini nantinya kita tambah peduli dengan orang yang
berkebutuhan kusus dan dapat suatu pembelajaran selayaknya orang normal. Karena
sangat pentingnya pendidikan jasmani adaptif khususnya bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK), maka para pengajar atau guru yang bersangkutan harus lebih
kreatif lagi, sehingga prestasi dan tingkat kebugaran Anak Berkebutuhan Khusus
dapat setara dengan anak-anak yang normal
. Program Pendidikan Jasmani
bagi Siswa berkebutuhan khusus
Program pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus tidaklah sama dengan siswa lainnya, karena setiap siswa
memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan
program pembelajaran yang lebih khusus disesuaikan dengan kebutuhan siswa
tersebut. Walaupun saat pelaksanaan pembelajaran bersama-sama dengan siswa
lain, tetapi program yang harus diterapkan berbeda dengan program pembelajaran
bagi siswa lainnya. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal maka
diperlukan pengembangan maupun modifikasi pembelajaran dalam upaya memenuhi
kebutuhan-kebutuhan setiap siswa.
Tarigan (2000;49) mengungkapkan
bahwa ada beberapa tehnik modifikasi yang dapat dilakukan pada saat
pembelajaran jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus. diantaranya: modifikasi
pembelajaran, dan ‘ modifikasi lingkungan belajar’.
a.
Modifikasi Pembelajaran
Tarigan (2000;49) mengungkapkan
bahwa “ untuk memenuhi kebutuhan para siswa berkebutuhan khusus dalam
pembelajaran pendidikan jasmani maka para guru seyogiyanya melakukan
modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa”.
Jenis modifikasi dalam pembelajaran
ini berveriasi dan bermacam-macam disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan
siswa berkebutuhan khusus, tetapi tetap memiliki tujuan untuk memaksimalkan
proses pembelajaran. Ada beberapa hal menurut Tarigan (2000;50) yang dapat
dimodifikasi untuk meningkatkan pembelajaran diantaranya:
1)
Penggunaan Bahasa
Bahasa merupakan dasar dalam
melakukan komunikasi. Sebelum pembelajaran dimulai, para siswa harus faham
tentang apa yang harus dialakukan. Pemahaman berlangsung melalui jalinan
komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, mutu
komunikasai antara guru dan siswa perlu ditingkatkan melalui modifikasi bahasa
yang dipergunakan dalam pembelajaran.
Sasaran dari modifikasi bahasa bukan
hanya ditujukan bagi siswa yang mengalami hambatan berbahasa saja, tetapi bagi
anak yang mengalami hambatan dalam memproses informasi, gangguan perilaku,
mental, dan jenis hambatan-hambatan lainnya.
Contohnya pada siswa Autis, dia
tidak bisa menerima dan merespon instruksi yang di berikan apabila instruksi
yang diberikan terlalu panjang. Oleh karena itu instuksi yang diberikan
kepada siswa autis harus singkat tetapi jelas, seperti yang diungkapkan oleh
Auxter (2001:504) Begitupula dengan siswa yang memiliki hambatan mental
dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, mereka tidak dapat
memproses sebuah instruksi yang terlalu panjang sehingga instruksi yang
diberikan kepada mereka haruslah singkat dan jelas.
Berbeda dengan contoh di atas
penggunaan bahasa bagi siswa tunanetra dan siswa yang berkesulitan belajar
harus lengkap dan jelas, karena siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam
menggambarkan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mereka membutuhkan
penjelasan yang jelas dan lengkap.
Sementara bagi beberapa siswa
berkesulitan belajar, ada diantara mereka yang memiliki hambatan saat menerima
instruksi yang diberikan, contohnya siswa berkesulitan belajar yang memiliki
gangguan perkembangan motorik saat dia diberikan instruksi untuk
menggerakan tangan kanan tetapi tanpa disadari dan disengaja tangan kiri yang
dia gerakan. Seperti yang diungkapkan oleh Learner dalam Abdurrahman (2003:146)
bahwa “siswa berkesulitan belajar memiliki gangguan perkembangan motorik antara
lain kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan arah, dan bingung
lateralitas (confused laterality)”. oleh karena itu dia memerlukan
instruksi yang jelas bahkan kalau bisa guru juga ikut memperagakan
gerakan yang diinstruksikan agar siswa tidak mengalami kesalahan dalam
melakukan gerakan dan instruksi yang diberikan harus berurutan dari
tahapan awal sampai akhir karena apabila ada gerakan yang runtutannya hilang
kemungkinan besar dia akan bingung saat melakukan gerakan selanjutnya.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki
hambatan pendengaran guru harus menggunakan dua metode komunikasi yakni
komunikasi verbal dan Isyarat yang sering disebut dengan komunikasi total.
Komunikasi total ini dapat lebih memahami instruksi yang diberikan oleh guru,
pada saat siswa tidak memahami bahasa isyarat dia bisa membaca gerak bibir dan
juga sebaliknya.
2)
Membuat urutan tugas
Dalam melakukan tugas gerak yang
diberikan oleh guru terkadang siswa melakukan kesalahan dalam
melakukannya, hal ini diasumsikan bahwa para siswa memiliki kemampuan memahami
dan membuat urutan gerakan-gerakan secara baik, yang merupakan prasyarat
dalam melaksanakan tugas gerak.
Seorang guru menyuruh siswa “
berjalan ke pintu” yang sedang dalam keadaan duduk. Untuk melaksanakan tugas
gerak yang diperintahkan oleh guru tersebut, diperlukan langkah-langkah
persiapan sebelum anak benar-benar melangkahkan kakinya menuju pintu.
Jika seorang siswa mengalami
kesulitan dalam membuat urutan-urutan peristiwa yang dialami, maka
pelaksanaan tugas yang diperintahkan guru tersebut akan menjadi tantangan berat
yang sangat berarti bagi dirinya. Oleh karena itu guru harus tanggap dan
memberikan bantuan sepenuhnya baik secara verbal maupun manual pada setiap
langkah secara beraturan.
3)
Ketersediaan Waktu Belajar
Dalam menghadapi siswa berkebutuhan
khusus perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar maupun pemberian
untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataan ada siswa berkebutuhan khusus
yang mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan siswa-siswa lain
pada umumnya.
Namun pada sisi lain ada siswa yang
membutuhkan waktu lebih banyak untuk memproses informasi dan mempelajari suatu
aktivitas gerak tertentu. Hal ini berarti dibutuhkan pengulangan secara
menyeluruh dan peninjauan kembali semua aspek yang dipelajari. Demikian
juga halnya dalam praktek atau berlatih, sebaiknya diberikan waktu belajar yang
berlebih untuk menguasai suatu keterampilan atau melatih keterampilan yang
telah dikuasai
Contohnya bagi siswa yang memiliki
hambatan mental dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, dia tidak dapat
memproses informasi atau perintah yang diberikan dengan cepat, sehingga dia
akan mengalami kesulitan dan sedikit membutuhkan waktu lebih banyak dalam
melakukan kegiatan tersebut. Begitu pula dengan siswa yang memiliki hambatan
motorik, mereka membutuhkan waktu yang lebih saat melakukan sebuah aktivitas
jasmani karena hambatan yang dimilkinya.
Contoh kegiatannya, pada saat
kegiatan berlari mengelilingi lapangan siswa yang lain di berikan alokasi waktu
2 menit untuk dapat mengelilingi lapangan, tetapi bagi siswa yang memiliki
hambatan mental, motorik dan perilaku mungkin membutuhkan alokasi waktu 4
sampai 5 menit untuk dapat mengelilingi lapangan tersebut.
Jadi waktu yang diberikan kepada
siswa yang memiliki hambatan harus disesuaikan dengan kemampuan dan
hambatan yang dimiliki oleh siswa tersebut, tetapi bukan erarti harus selalu
lebih dari siswa lainnya karena pada kenyataanya ada siswa yang memiliki
hambatan dapat menguasai pelajaran waktu yang dibutuhkannya sama dengan siswa
lainnya. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (2000;56) bahwa:
dalam
menghadapi siswa cacat perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar
maupun pemberian untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataannya ada siswa
yang cacat mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan rata-rata
anak normal
4)
Modifikasi peraturan permainan
Memodifikasi peraturan permainan
yang ada merupakan sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani
agar program pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat
berlangsung dengan baik. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus
mengetahui modifikasi apa saja yang dapat dilakukan dalam setiap cabang olah
raga bagi siswa berkebutuhan khusus.
Berikut ini ada beberapa cabang
olahraga yang dimodifikasi peraturan permainannya bagi siswa berkebutuhan
khusus:
a)
Atletik
Bagi beberapa siswa berkebutuhan
khusus cabang olahraga altetik terutama cabang berlari ini tidak memerlukan
begitu banyak penyesuaian, tetapi bagi siswa tunanetra dan siswa tunarungu
sangat membutuhkan penyesuaian. Contoh penyesuaian yang dilakukan bagi siswa
tunanetra saat mengikuti pembelajaran atletik adalah pada saat berlari siswa
tunanetra memegang tali yang terbentang dari garis star sampai ke garis finish
jadi saat berlari siswa tidak tersesat atau bertabrakan dengan siswa lainnya.
Atau cara lain seperti yang diungkapkan oleh Auxter (2005;)
pada saat berlari siswa tunanetra diikuti oleh teman yang memiliki penglihatan
normal dari belakang dengan saling memegang tali. jadi pada saat harus
berbelok ke kanan temannya menggerakan talinya kesebelah kanan dan itu
menandakan berbelok ke sebelah kanan dan sebaliknya.
Peraturan atletik pada umumnya saat
start di lakukan biasanya wasit membunyikan pistol atau peluit sebagai tanda
dimulainya pertandingan tersebut. Tetapi bagi siswa tunarunggu hal tersebut
tidaklah sesuai dengan keterbatasan mereka, maka diperlukan sedikit penyesuaian
diantaranya dengan mengganti peluit atau pistol dengan alat yang dapat
memberikan dilihat mereka contohnya seperti bendera. Jadi pada saat pertandingan
dimulai wasit mengibaskan bendera sebagai tandanya.
b)
Basket
Dalam permainan bola basket bagi
siswa berkebutuhan khusus diperlukan beberapa penyesuaian dan perubahan
peraturan seperti: pemain yang mengikuti permainan ini terdiri dari 6
orang atau lebih, diperbolehkan melangkah dua atau tiga kali setelah
menangkap bola. Bagi siswa tunadaksa yang menggunakan kursi roda
penyesuaian yang dilakukan dengan cara menurunkan tinggi ring dalam permainan.
Bagi siswa tunanetra bola yang
digunakan harus mengeluarkan bunyi begitu pula dengan keranjang atau ringnya
harus mengeluarkan bunyi agar dapat dikenali oleh para pemain.
c)
Sepak bola
Permaiana sepakbola bagi kebanyakan
siswa berkebutuhan khusus tidak terlalu banyak memerlukan penyesuaian, hanya
ukuran lapangan yang harus di modifikasi karena siswa berkebutuhan khusus
memiliki tingkat kekuatan atau kemampuan fisik yang lemah sehingga mudah
kecapean. Jadi mereka hanya bermain setengah lapangan sepak bola
besar atau lebih kecil lagi dari itu sesuai dengan kemampuan mereka.
Tetapi bagi siswa tunanetra ada
beberapa penyesuaian yang dilakukan diantaranya bola dan gawang yang harus
mengeluarkan bunyi agar bisa dikenali oleh mereka. Lapangan yang diperkecil
serta tidak ada aturan bola keluar.
Masih banyak lagi permainan atau
cabang olahraga bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan penyesuaian.
b.
Modifikasi Lingkungan Belajar
Dalam meningkatkan pembelajaran
pendidikan jasmani bagi siswa yang berkebutuhan khusus maka suasana dan
lingkungan belajar perlu dirubah sehingga kebutuhan-kebutuhan pendidikan siswa
dapat terpenuhi secara baik untuk memperoleh hasil maksimal.
Adapun teknik-teknik memodifikasi
lingkungan belajar siswa menurut Tarigan dalam Penjas adaptif (2000: 58) sebagai
berikut:
1)
Modifikasi fasilitas dan peralatan
Memodifikasi fasilitas-fasilitas
yang telah ada atau menciptakan fasilitas baru merupakan keharusan agar program
pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat berlangsung dengan sebagai
mana mestinya.
Semua fasilitas dan peralatan
tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan sebuah modifikasi dan penyesuaian pada
fasilitas dan peralatan yang akan digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus. Ada
beberapa modifikasi tersebut meliputi:
a) Pengecatan, pengapuran
atau memperjelas garis-garis pinggir atau batas lapangan
b) Memperlebar lintasan agar
dapat dilalui oleh kursi roda
c) Mengubah atau menyesuaikan
ukuran bola dalam permainan sepak bola dan voli ball
d) Memodifikasi bola menjadi
bercahaya dan berbunyi bagi siswa tunanetra
2)
Pemanfaatan ruang secara maksimal
Pembelajaran pendidikan
jasmani identik diselenggarakan di lapangan yang luas dimana semua siswa
dapat berlari-lari kesana kemari, sampai – sampai terkadang guru akan kesulitan
apabila lapangan yang luas tersebut tidak bisa digunakan dan mungkin akan
mengganti program pembelajaran yang awalnya akan diselenggarakan di lapangan
menjadi pembelajaran materi di dalam kelas. Padahal sebetulnya pembelajaran
pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja asalkan tidak membahayakan
pembelajaran tersebut.
Pembelajaran pendidikan jasmani
dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan hal tersebut tergantung
kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran tersebut dengan baik. Seperti
yang disampaikan oleh Tarigan (2000;60) bahwa ‘ Seorang guru pendidikan
jasmani harus selalu kreatif dan menemukan cara–cara yang tepat untuk
memanfaatkan sarana yang teredia, sehingga menjadi suatu lingkungan belajar
yang layak’.
3)
Menghindari gangguan dan pemusatan konsentrasi
Segala bentuk gangguan saat
pembelajaran pendidikan jasmani dapat datang dari mana saja baik dari dalam
pembelajaran maupun luar pembelajaran. Gangguan tersebut dapat berupa
kebisingan suara yang mengganggu konsentrasi, orang lain yang tidak
berkepentingan berada di dalam lapangan, benda-benda yang dapat mengganggu
jalannya pembelajaran, dan lain sebagainya.
Khusus bagi siswa yang mengalami
gangguan belajar, hiperaktif dan tidak bisa berkonsentrasi lama, faktor-faktor
tersebut merupakan gangguan yang sangat berarti, namun bagi siswa siswa
lainnya tidak terlalu mengganggu.
Semua faktor – faktor di atas, perlu
dihilangkan atau dihindari semaksimal mungkin, agar para siswa dapat memusatkan
perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas yang diberikan. Tarigan (2001:61)
mengungkapkan bahwa Konsentrasi dan perhatian siswa
dapat dialihkan dengan berbagai cara antara lain: pemberian instruksi dengan
jelas dan lancar, dan guru harus memiliki antusiasme yang tinggi serta
selalu ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Seperti apa yang diungkapkan oleh
Tarigan di atas bahwa konsentrasi dan perhatian siswa dapat dialihkan dengan
beberapa cara diantaranya pemberian instruksi dengan jelas dan lancar.
Instruksi yang diberikan oleh guru kepada siswa harus jelas tanpa ada singkatan
ataupun kata-kata yang dapat membuat siswa menjadi bingung, dan instruksi yang
diberikan harus utuh dan lancar jangan tersendat-sendat atau
terputus-putus karena hal tersebut dapat menciptakan ruang bagi siswa untuk
memalingkan perhatiannya.
Cara yang kedua adalah guru harus
memiliki antusiasme yang tinggi serta selalu ikut berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung guru harus dapat
berperan aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan siswa.
Guru dengan siswa bersama-sama melakukan kegiatan jasmani dengan menunjukan
semangat dan keceriaan yang dapat menarik perhatian siswa agar mau mengikuti
kegiatan yang dilakuan.
Dasar Hukum
Pendidikan Jasmani Adaptif
Dalam peraturan pemerintahan di indonesia terutama
dalam dunia pendidikan banyak sekali dasar-dasar hukum yang menerangkan fungsi
dan sasaran pendidikan yang akan dicapai, stiap warga negara wajib memperoleh
pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Begitu juga para penderita
kelainan fisik maupun psikis, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang
layak yang akan membantu pertumbuhan serta perkembangannya. Dalam UUD 45 pasal
31 yang berisi :
1.
Setiap warga negara berhakmendapatkan pendidikan.
2.
Setiap waga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional.
Ini semua
mencerminkan betapa negara memperioritaskan pendidikan bagi setiap warga
negaranya.
Dalam UU
sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003 babIV pasal 5 ayat 2
menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelianan fisik,emosional,
intelektual, dan atau sosial berhaj mendapatkan pendidikan khusus dengan
memdapatkan pendidikan khusus mereka dapat tumbuh dan berkembang dan dapat
menguasai keterampilan-keterampilan gerak dasar mptorik serta dapat
mengopetasikan dan mengendalikan diri mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar