Senin, 14 November 2016

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif.

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif.


Pendidikan Jasmani merupakan dari pendidikan yang menggunakan media gerak untuk belajar. Namun dalam penyesuainya terdapat pendidikan jasmani adaptif. Pada dasarnya keduanya adalah sama antara pendidikan jasmani adaptif dan pendidikan jasmani biasa. Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tentunya harus memperhatikan proses pendidikan secara menyeluruh dan didalam proses pendidikan salah satu aspeknya adalah pendidikan jasmani. 

Sebelumnya telah saya jelaskan mengenai Pengertian Jasmani dan Manfaatnya.
Pendidikan jasmani adaptif adalah bagian dari pendidikan jasmani sendiri. sisitem pendidikan jasmani adaptif digunakan dalam pembelajaran dengan penyampaian comperhensif.  Sistem ini digunakan untuk memecahkan dan menemukan masalah pada  ranah psikomotorik siswa.
Mengapa dalam ranah psikomotorik ? Kebanyakan ABK (anak berkebutuhan khususu) lemah dan terdapat masalah dalam ranah psikomotoriknya, karaena kebanyakan ABK memiliki keterbatasan kemampuan sensorik dan belajarnya. Bahkan sebagian anak berkebutuhan khusus mengalami masalah pada proses komunikasi mereka, proses interaksi yang tidak sempurna menyebabkan tingkah laku yang diluar kewajaran. Jadi pendidikan jasmani adaptif mutlak diperlukan dalam suatu pembelajaran penjas untuk anak berkebutuhan khusus dan diharapkan penjas adaptif  mampu mengembangkandan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan yang ada.
Pengertian Pendidikan Jasmani Adapti menurut  ahli :
Menurut  Sheril : Pendidikan jasmani khusus  (adaptif) didifinisikan sebagai sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif yang dirancang ntuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotorik.

Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara garis besar tujuan pendidikan jasmani ada[tif adalah mewujukan tujuan pendidkan bagi anak berkebutuhan khusus secara baik. Mengutip yang disampaikan Prof. Alma Abdoellah, MSc. Dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” beliau menyebutkan beberapa tujuan penjas secara mendasar dan menyeluruh.

    Ada Tiga Program Utama Pendidikan Jasmani Adaptif :

           Pendidika jasmani disesuaikan (adapted physical education) pendidikan jasmani secara tradisional yang telah di modifikasi untuk program aktivitas jasmani. Dengan kata lain anak yang berkebutuhan khusus dapat merasa puas dengan kesempatan yang diperoleh untuk aktifitas fisik yang dilakukanyan dengan memodifikasi secara tradisional. ABK diharapkan dapat ikut berpartisipasi namun diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut dapat berjalan secara aman. Pendidikan Jasmani Korektif adalah Pendidikan jasmani yang proses pembelajaranya pengacu pada kelainan pada postur dan mekanika tubuh. Dapat dilihat sebagai contoh ketika anak ABK yang mengalami asma memerluka aktivitas jasmani yang berbeda dengan teman yang normal jadi anak dengan penderita asna tersebut dapat dimasukan dalam kelas pendidikan jasmani korektif.  Pendidikan jasmani perkembangan adalah  pendidikan jasmani untuk adanya latihan pada otot besar untuk meningkatkan kemampuan jasmani individu sampai dengan mendekati tingkat kemampuan temanya dan mengacu pada program kebugaran jasmani progresif.

Pendidikan Jasmani Khusus didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif yang dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda.
Pelayanan ini dapat diberikan oleh spesialis dalam pendidikan jasmani khusus atau oleh seorang guru Pendidikan Jasmani yang telah memperoleh latihan khusus untuk melaksanakan berbagai macam tugas.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani khusus adalah satu bagian khusus adalah satu bagian khusus dalam pendidikan jasmani yang dikembangkan untuk menyediakan program bagi individu dengan kebutuhan khusus.
Selain itu diketahui pula bahwa tujuan pendidikan jasmani bagi yang berkelainan adalah untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani biasa dan khusus yang dirancang dengan hati-hati. Maka dari itu disusunlah makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pendekatan penjas adaptif.




Berikut beberapa rumusan masalah yang mendasari:
1.      Bagaimana sejarah penjas adaptif?
2.      Apa pengertian penjas adaptif?
3.      Bagaimana Peran penjas adaptif?
4.      Apa Tujuan dan manfaat dari penjas adaptif?
5.      Bagaimana Ruang lingkup peserta penjas adaptif?
6.      Bagaimana Teknik dan Metode dari penjas adaptif?
7.      Bagiamana Evaluasi dari penjas adaptif?

Adapun tujuan masalahnya sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui sejarah penjas adaptif
2.      Untuk mengetahui pengertian penjas adaptif
3.      Untuk mengetahui  Peran  penjas adaptif
4.      Untuk mengetahui Tujuan dan manfaat dari penjas adaptif
5.      Untuk mengetahui Ruang lingkup peserta penjas adaptif
6.      Untuk mengetahui Teknik dan metode pembelajaran dari penjas adaptif
7.      Untuk mengetahui Evaluasi dari penjas adaptif




a.              Sejarah Pendidikan Jasmani Adaptif

Sejarah pendidikan jasmani adaptif dapat dibagi dalam tiga kurun waktu berdasarkan kemajuan medis, pendidikan dan perubahan dari sikap masyarakat terhadap yang berkelainan. Kurun waktu pertama disebut masa primitive prasejarah sampai tahun 500 sebelum masehi, selama kurun ini sedikit sekali usaha untuk mengembangkan  atau rehabilitasi gerak dan keterampilan jasmani dari yang berkelainan. Kurun waktu kedua disebut periode yunani dan romawi, kurun ini bercirikan perubahan dari sikap yang biasa terhadap peran latihan jasmani. Kurun ketiga timbul Perhatian yang baru dan kontinue dalam nilai pengobatan dari latihan jasmani.

b.             Sejarah pendidikan jasmani adaptif di Indonesia

Sejarah pendidikan jasmani adaptif di Indonesia, sebagaimana telah diutarakan dalam bagian pendahuluan secara tertulis belum menjumpai dalam literature tentang pendidikan-pendidikan di Indonesia ada aspek yang membicarakan masalah pendidikan adaptif beserta sejarahnya. Selama pelajaran pendidikan jasmani peserta didik yang salah satu kakinya lebih pendek dan kecil dari pada yang lain, sehingga ia pakai tongkat penyangga untuk berjalan.

B.   Pengertian Penjas Adaptif

Pendidikan jasmani adaptif didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayan yang komprehensif yang dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat pengembangan dan/atau yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan pemuda.

C.    Peran  Penjas Adaptif

Peran dari mereka yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan jasmani khusus adalah sebagai berikut:

1.      Memberikan pelayanan langsung kepada siswa-siswa yang berkelainan dan keluarga mereka;
2.      Memberikan latihan pra-jabatan dan dalam-jabatan.
3.      Pemberian layanan langsung dalam lingkup sekolah adalah langsung bekerja dengan anak yang berkelainan. Layanan langsung dalam bentuk mengajar dan menilai dapat diberikan atau dilakukan oleh seorang spesialis dalam pendidikan jasmani khusus atau seorang guru pendidikan jasmani biasa yang telah dilatih atau memiliki kompetensi dalam pendidikan jasmani khusus. Administrasi adalah satu peran yang luas yang mencakup tugas-tugas seperti managemen, supervisi dan konsultasi.






D.    Tujuan dan Manfaat Penjas Adaptif


1.      Tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
·         Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
·         Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
·         Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
·             Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
·         Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
·         Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
·         Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat    diminatinya sebagai penonton.

2.      Maanfaat dari Pendidikan Jasmani Adaptif

·         Manfaat bagi jasmani
Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani. Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jaring-jaring otot dan tulang dirangsang. Jasmani anak, khususnya anak yang gemuk, dapat dipengaruhi dengan aktivitas jasmani.
·         Manfaat bagi keterampilan gerak
Banyak faktor, termasuk belajar dan latihan, mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak. Guru yang profesional dan berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara paling efisien koordinasi syaraf otot (neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-gerak kreatif.
·         Manfaat bagi kesegaran
Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh, daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.
·         Keuntungan emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Umpamanya, dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai emosinya dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru pendidikan jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.

·         Keuntungan sosial
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan peran tiap kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan dapat membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima perbedaan individual dari manusia.
·         Keuntungan bagi kecerdasan
Pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan intelektual. Setiap kali anak berpartisipasi dalam permainan yang disajikan dalam pendidikan jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tingkat kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian intelektual, khususnya kesiapan mental dan konsentrasi.

E.     Ruang Lingkup Peserta Penjas Adaptif

Siapa sajakah yang termasuk peserta pendidikan jasmani adaptif, Perlu kita identifikasi dan mengategorikannya sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak tersebut. Karena prinsip pengajaran Pendidikan jasmani adaptif adalah Pengajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
anak-anak yang harus mendapatkan layanan pendidikan jasmani adaptif sebagai berikut:

1.      Siswa Autis
2.      Siswa yang mengalami hambatan penglihatan (Tunanetra)
3.      Siswa yang mengalami hambatan pendengaran dan komunikasi (Tunarungu)
4.      Siswa yang mengalami hambatan emosi ( Tunalaras)
5.      Siswa Tunagrahita
6.      Siswa yang mengalami Hambatan fisik (Tunadaksa)
7.      Siswa yang memiliki hambatan belajar (LD)
8.      Siswa yang memiliki hambatan lainnya seperti epilepsy, HIV, ADD dan ADHD, Asma, Leukimia dan lain sebagainya.
Selain itu menurut Undang-undang rehabilitasi Amerika serikat  siswa yang berhak mendapatkan layanan pendidikan jasmani adaptif adalah: “a person with a disability is anyone who has a physical or mental impairment that limits one or more major life activities, has a record of impairment, or is regarded as having animpairment.”

Jadi menurut undang-undang tersebut yang termasuk mendapatkan layanan pendidikan jasmani adaptif adalah siswa yang memiliki hambatan baik fisik maupun mental, atau memiliki satu atau lebih hambatan yang bisa mengganggu aktivitas hidupnya, memiliki riwayat hambatan yang dimilikinya atau dianggap memiliki hambatan.

F.     Teknik Dan Model Pembelajaran Penjas Adaptif

1.            Teknik Pengembangan strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a)      Teknik  Memodifikasi Pembelajaran
Kelihatannya masalah ini erat sekali hubungannya dengan berbagai metode yang telah dibahas sebelumnya, faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan para guru dalam upaya  meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut :
·         Penggunaan bahasa
·         Membuat konsep yang konkret
·         Membuat urutan tugas
·         Ketersediaan waktu  belajar
·         Pendekatan “multisensory”


b)      Teknik Memodifikasi Lingkungan Belajar
Berikut ini disajikan beberapa teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Adapun teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
·         Memodifikasi fasilitas dan peralatan.
·         Memanfaatkan ruang secara maksimal
·         Menghindari ganguan dan pemusatan konsentarsi.
·         Melaksanakan pengajaran individu
2.      Metode Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran penjas bagi siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a)      Metode bagian dan metode keseluruhan
Dalam metode ini bisa kita dilakukan apabila struktur gerak cukup kompleks, sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian agar mendapat hasil yang optimal.
b)      Metode Kombinasi bagian keseluruhan
Kombinasi keseluruhan umumnya memberikan kemudahan dan keuntungak  bagi siswa penyandang cacat
c)      Penyampaian penjelasan dan peragaan
Metode ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran penjas. Namun faktor penting dalam penerapannya adalah penekanan pada kombinasi penjelasan yang dilakukan dengan peragaan atau demontrasi tugas gerak yang sebenarnya.

G.    Evaluasi Pembelajaran dari Penjas Adaptif

Ada 4 tujuan evaluasi dan penilaian yang secara umum telah disepakati dan diterima, baik oleh guru pendidikan jasmani umum dan juga guru pendidikan jasmani adaptif yaitu sebagai berikut :
1.      Klasifikasi/pengelompokan
Salah satu tujuan tes dan pengukuran bagi siswa penyandang cacat adalah menentukan apakah siswa tersebut hsru dipisah dan ditempatkan dalam kelas pendidikan jasmani khusus, atau digabung dengan kelas lainnya.
2.      Diagnosis
Diagnosis ini berperan dalam mengenal dan mengetahui kemampuan siswa serta mengarahkan pada jenis aktifitas fisik yang cocok.
3.      Prediksi
Penilaian dimanfaatkan oleh guru pendidikan jasmani adaptif untuk memperkirakan pencapaian prestasi atau kemajuan yang diperoleh siswa dalam suatu periode tertentu.
4.      Mengukur kemajuan siswa (prestasi)
Bagi setiap guru pendidikan jasmani adaptif salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran adalah menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.



Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor.

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:

Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

1.      Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Hendrayana menjelaskan bahwa pendidikan jasmani adaptif adalah “sebuah program yang bersifat individual yang meliputi fisik/jasmani, kebugaran gerak, pola dan keterampilan gerak dasar, keterampilan-keterampilan dalam aktivitas air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang didesain untuk penyandang ABK” Menurut sherril , pendidikan jasmani khusus didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif yang dirancang untuk mengidentifkasi, dan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor


2.      Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
a.    Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b.    Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
c.    Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
d.   Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
e.    Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
f.     Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
g.    Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
                   

3.      Manfaat Pendidikan Jasmani Adaptif

1.      Manfaat bagi jasmani

Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani. Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jaring-jaring otot dan tulang dirangsang. Jasmani anak, khususnya anak yang gemuk, dapat dipengaruhi dengan aktivitas jasmani.
2.      Manfaat bagi keterampilan gerak

Banyak faktor, termasuk belajar dan latihan, mempengaruhi perkembangan keterampilan gerak. Guru yang profesional dan berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara paling efisien koordinasi syaraf otot (neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-gerak kreatif.

3.      Manfaat bagi kesegaran

Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh, daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.


4.      Keuntungan emosional

Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Umpamanya, dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai emosinya dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru pendidikan jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.

5.      Keuntungan social

Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan peran tiap kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan dapat membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima perbedaan individual dari manusia.

6.      Keuntungan bagi kecerdasan

Pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan intelektual. Setiap kali anak berpartisipasi dalam permainan yang disajikan dalam pendidikan jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tingkat kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian intelektual, khususnya kesiapan mental dan konsentrasi.

4.      Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
a.    ABK yang memilik masalah dalam sensoris
b.    ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
c.    ABK yang memiliki masalah dalam belajar
d.   ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
a.    Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
b.    Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
c.    Modifikasi teknik mengajarnya.
d.   Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.



Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

5.    Program Pendidikan Jasmani untuk Anak Cacat
Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi 3 kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak.

a.    Pengembangan gerak
-       Gerakan  yang tidak berpindah tempat.
-       Gerakan yang berpindah tempat.
-       Gerakan keseimbangan.

b.    Olahraga dan Permainan
-       Olahraga permainan yang bersifat rekreatif
-       Permainan lingkaran
-       Olahraga dan permainan beregu
-       Olahraga senam  dan aerobic
-       Olahraga pemainan air.

c.    Kebugaran dan Kemampuan Gerak
-          Aktivitas yang meningkatkan kekuatan.
-          Aktivitas yang meningkatkan kelentukan.
-          Aktivitas yang meningkatkan kelincahan.
-          Aktivitas yang meningkatkan kecepatan.
-          Aktivitas yang meningkatkan daya tahan


6.    Metode Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran penjas bagi siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a.        Metode bagian dan metode keseluruhan
1.      Dalam metode ini bisa kita dilakukan apabila struktur gerak cukup kompleks, sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian agar mendapat hasil yang optimal.
b.        Metode Kombinasi bagian keseluruhan
2.      Kombinasi keseluruhan umumnya memberikan kemudahan dan keuntungak bagi siswa penyandang cacat
c.        Penyampaian penjelasan dan peragaan
3.      Metode ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran penjas. Namun faktor penting dalam penerapannya adalah penekanan pada kombinasi penjelasan yang dilakukan dengan peragaan atau demontrasi tugas gerak yang sebenarnya.

1.    Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis kecacatan terutama dari aspek fiikal (jasmaniah) dapat dikategorikan sebagai berikut :

a.    Gangguan pengelihatan/ Kebutaan
Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan khusus. Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.

b.   Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.

c.    Tuna Wicara
Tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen, karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Jika seorang anak mengalami tunawicara mereka akan kesulitan untuk mengembangkan diri melalui segi sosial, emosional, maupun intelektualnya. Anak-anak tunawicara juga akan kesulitan mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesama, memperoleh pengetahuan, dan saling bertukar pikiran. Perkembangan fisik dan motorik anak tunawicara tidak berbeda dengan anak normal lainnya. Misalnya saja pada anak-anak yang tunawicara di SD Dena Upakara, dilihat sekilas tidak tampak adanya perbedaan fisik. Perkembangan serta kemampuan berpikir merekapun sama dengan anak normal.



1.    Jenis kehilangan pendengaran utama ada 2 yaitu:
-          Kehilangan pendengaran konduktif atau bagian penerimaan: kecacatan ini terjadi akibat dari kerusakan pada telinga luar atau telinga tengah yang mengurangi intensitas bunyi yang sampai ke telinga dalam. Ketulian jenis ini biasanya dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran.
-          Kehilangan pendengaran sensoris-neural atau bagian penangkap bunyi: kecacatan ini terjadi akibat kerusakan pada telinga dalam atau saraf auditoris yang membawa impuls (getaran) ke otak.


d.   Cacat Mental
Anak cacat mental adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak cacat mental banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental dengan sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan. Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan (inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa.


e.    Cacat Fisik
Orang-orang yang cacat tubuhnya atau cacat fisik adalah mereka yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Faktor keturunan (genetik) Salah satu penyebab bayi terlahir cacat adalah faktor keturunan, Hal ini bisa disebabkan karena kelainan kromosom, kelainan gen tunggal, dan multifaktual.adapun Cacat fisik karena kecelakaan 1.Dinamika keduanya agak berbeda, 2. Tergantung juga pada usia saat terjadi kecacatan, 3. Ada tidaknya trauma.


f.     Penyimpangan Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96) Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu : 1. Body Aligment (postur tubuh) 2. Balance/Keseimbangan 3. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir).

A.    DEVINISI DESAIN PEMPELAJARAN ADAPTIF

 Pembelajaran Penjas adaptif mempunyai peranan yang nyata dalam meningkatkan kemampuan dan dayaserap siswa berkebutuhan khusus,karena siswa dapat menyalurkan kemampuan yang ada dalam dirinya,dan dapat di implementasikan melalui penjas.Tujuan Utama Pembelajaran Penjas Adaptif adalah meningkatkan kemampuan Psikomotor,Afektif,Kognitif. Supaya mereka dapat mandiri dan dapat menjalani masa depanya secara mandiri agar mereka dapat terjun di masyarakat.
 Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan. Demikian juga tidak akan ada seorang Ibu yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya.
Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila Tuhan menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu bisa terjadi.
Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecacatannya secara fisik, mental atau social. Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya. Dititipkannya ABK pada satu keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya. Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa.
Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal. Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan PLB, Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak.


Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak. Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya, semakin kuat mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh lebih berkembang bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan.
Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh. Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya. Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan bagi ABK.
 Seolah olah PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya.
Habitat ABK sama dengan habitat anak pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu sendiri. Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB hanya bisa diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama dan identik dengan SLB. Hal tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa dengan pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya oleh guru biasa.
Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu juga bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan pelayanan PLB. Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB dan hak asasi anak , maka PLB bergerak dari pendidikan yang bersifat terpisah atau segregasi kearah pendidikan bersifat integrasi(terpadu). Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai tempat pendidikan formal anak berkebutuhan khusus.
 Dimanapun ABK bersekolah pembelajaran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK. B.PENGETIAN DESAIN PEMBELAJARAN Devinisi desain pembelajaran adaptif dapat diartikan sebagai: Skenario pembelajaran penjas adaptif yang di susun sedemikian rupa guna meningkatkan kualitas pembelajaran dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut.
Desain pembelajaran sebagai suatu proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pembelajaran yang menggunakan teori belajar mengajar  guna menjamin mutu pengajaran. Desain pembelajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan.
Salah satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi standar model desain pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang perta-ma kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. Adapun sembilan langkah dimaksud adalah:

a)      Mendapatkan perhatian (gain attention): Lankah ini menyediakan stimulus untuk menarik perhatian dan melibatkan pebelajar serta memotivasi.
Langkah ini dimulai dengan mengemukakan suatu masalah, menyajikan situasi baru, mengguna-kan multimedia, mengajukan pertanyaan.
b)      Menyampaikan tujuan pembelajaran (Inform about the goal and objective):
Langkah ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pebelajar dapat mereka menggunakan pengetahuan yang akan dipelajari sebagai hasil pem-belajaran.
c)      Stimulasi untuk menghadirkan pengetahuan sebelumnya (Simulate recal of prior knowledge).
Langkah ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui apa yang telah mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau keterampilan. Langkah ini juga akan menggambarkan bagai-mana pengetahui saling berkaitan.
Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerang-ka yang membantu pembelajaran dan ingatan.
d)     Menyajikan materi yang dipelajari (Present the material to be learned). Langkah ini menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam bentuk teks, grafis, simulasi, bagan, gambar atau suara. Informasi yang disampai-kan hendaknya disusun (chunking) agar mudah diingat untuk menghindari kelebih-an beban memori.
e)       Menyediakan bantuan pembelajaran (Provide learning guidance).
Langkah ini mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks. Per-lu diingat bahwa  presentasi isi berbeda dari petunjuk atua instruksi tentang bagai-mana belajar.
 f)  Memancing kegiatan pebelajar (Elicit performance). Pada langkah ini, pebelajar perlu mendemonstrasikan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan atau perilaku yang baru diperoleh.
 g)   Berikan tanggapan balik (provide feedback). Pada langkah ini, pebelajar perlu diberitahu tentang performans belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang dila-kukan dengan benar, tingkah laku pebelajar dianalisis, atau menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.
 h)   Mengukur performans (assess performance). Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan performans pebelajar secara umum
i)    Meningkatkan retensi dan transfer (enhance retention and transfer).

Tahap terakhir ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi pembela-jarannya. Tahap ini juga diperlukan untuk menginformasikan situasi-situasi masa-lah yang serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.

C. PENGERTIAN DESAIN PEMBELAJARAN ADAPTIF

Pengertian desain Pembelajaran Adaptifsecara umum adalah: Cara Metode tentang tata cara dalam mengajarkan penjas bagi anak­-anak yang berkebutuhan khusus supaya materi yang kita ajarkan dapat di terima dan diserap dengan baik oleh anak-anak tersebut. Disini tidak akan membahas terlalu dalam tentang pembelajaran adaptif karena tidak akan cukup bila di buat dalam sebuah artikel, artikel ini hanya membahas sedikit tentang pembelajaran Penjas Adaptif dalam suatu lingkup saja dan hanya pada satu macam anak yang menderita Tuna, yaituTuna Rungu(pendengaran) 




A . HAKEKAT PEMBELAJARAN ADAPTIF

Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri tiga komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen tersebut bila dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa adalah Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas, maka secara operasional di lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

B .HAKEKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut “Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap. Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu. Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB.
 Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK. Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan disekolahkan.
Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya.
Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi: Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself) Hak untuk pekerjaan dan profesi
Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa,
Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1.    Masalah (problem) dalam Sensorimotor Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem. Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.

Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)
b. Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa) Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.

2.      Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
 a. Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita)
 b. Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
 c. Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras)
 d. Giftet dan talented (anak berbakat)   
 e. Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
2.Penyebab Kelainan Pada ABK Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada
Anak Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu:
a)    Pre Natal (sebelum kelahiran) Sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan. Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang menciderai janin dan sebagainya.
b)    Natal (di saat melahirkan) Pada saat ibu sedang melahirkan bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap Sepilis dan sebagainya. c)Post Natal Kelainan terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena     kecelakaan,keracunan dan      sebagainya.

Kesegaran Jasmani dan Gerak Peserta didik berpenglihatan terbatas seharusnya membutuhkan kesegaran yang lebih baik daripada yang berpenglihatan normal, karena bagi yang berpenglihatan terbatas melakukan satu gerak memerlukan usaha yang lebih banyak daripada diperlukan (buell, 1973).
Gerak tanpa melihat kurang efisien dalam penggunaan energi daripada gerak dengan melihat. Aktivitas yang tidak sukar yang menekankan pada pengembangan kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler bagi berpenglihatan terbatas merupakan sesuatu yang perlu ditekankan. Kekuatan dapat dikembangkan dengan aman bagi peserta didik melalui aktivitas mendorong, menarik, dan mengangkat seperti: Angkat beban menggunakan alat universal (mulai dengan tanpa beban terlebih dahulu, kemudian diberi beban)
1.latihan isometrik
2.memanjat tali jala yang digantungkan
3.lari ditempat
4.sepeda yang berada di tempat
5 Lari menempuh jarak tertentu                    

            Hubungan Olahaga Pendidikan dan Olahraga Adaptif :
1.     Olahraga sebagai alat pendidikan manusia seutuhnya.
2.     Tiap-tiap individu memiliki perkembangan yang berbeda termasuk yang cacat
3.     Individu berbeda dan kebutuhan berbeda
4.     Olahraga untuk meningkatkan fungsi organ anak orag cacat
           
          Ciri dari program pengajaran penjas adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
  Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

  Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.

  Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
 ABK yang memilik masalah dalam sensoris
 ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
 ABK yang memiliki masalah dalam belajar
 ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
2.Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3.Modifikasi teknik mengajarnya.
4.Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

 Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
1.                  Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
2.                  Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
3.                  Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4.                  Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.


                                        
Ruang Lingkup Peserta Penjas Adaptif

A.    Jenis-jenis Kecacatan
Jenis kecacatan terutama dari aspek fiikal (jasmaniah) dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.      Gangguan pengelihatan/ Kebutaan

            Gangguan penglihatan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau dalam dunia pendidikan gangguan penglihatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan dalam belajar sekalipun sudah menggunakan alat bantu dan cara mengajarnya membutuhkan layanan khusus. Bergangguan penglihatan juga dibagi kedalam beberapa klasifikasi dan orang yang bergangguan penglihatan biasanya mempunyai kriteria khusus dalam kegiatan sehari-harinya, serta mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka menggoyang-goyangkan kepala, berjalan mondar-mandir yang semuanya tidak mereka sadari bahwa hal itu mengundang keanehan dari penglihatan orang normal.


2.      Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.
3.      Tuna Wicara
Tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen, karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Jika seorang anak mengalami tunawicara mereka akan kesulitan untuk mengembangkan diri melalui segi sosial, emosional, maupun intelektualnya. Anak-anak tunawicara juga akan kesulitan mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesama, memperoleh pengetahuan, dan saling bertukar pikiran. Perkembangan fisik dan motorik anak tunawicara tidak berbeda dengan anak normal lainnya. Misalnya saja pada anak-anak yang tunawicara di SD Dena Upakara, dilihat sekilas tidak tampak adanya perbedaan fisik. Perkembangan serta kemampuan berpikir merekapun sama dengan anak normal.
a.       Jenis kehilangan pendengaran utama ada 2 yaitu:
  Kehilangan pendengaran konduktif atau bagian penerimaan: kecacatan ini terjadi akibat dari kerusakan pada telinga luar atau telinga tengah yang mengurangi intensitas bunyi yang sampai ke telinga dalam. Ketulian jenis ini biasanya dapat dibantu dengan alat bantu pendengaran.
  Kehilangan pendengaran sensoris-neural atau bagian penangkap bunyi: kecacatan ini terjadi akibat kerusakan pada telinga dalam atau saraf auditoris yang membawa impuls (getaran) ke otak.
b.      Penyebab Tunawicara
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat keterbatasan pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian, anak yang tunarungu mengalami hambatan dalam berbicara atau disebut dengan tunawicara. Masalah pendengaran ini bersumber dari faktor kelahiran, saat lahir, dan setelah lahir, seperti sebagai berikut:
1. Sebelum masa kelahiran:
a.       Penyakit menurun yang disebabkan oleh gen.
b.      Bukan penyakit turunan
  Sakit semasa hamil, terutama oleh virus seperti rubela, demam glandular, dan selesma.
  Semasa hamil, sang ibu mengidap penyakit yang disebabkan oleh pola makan, seperti beri-beri dan kencing manis.
  Semasa hamil, sang ibu mengonsumsi obat ataupun bahan kimia seperti kuanin dan streptomycin.
  Sang ibu menderita toksemia pada masa akhir kehamilan.
  Sering hamil.


2. Saat melahirkan
a.      Masa melahirkan yang terlalu lama atau bayi sulit keluar yang menyebabkan terjadinya tekanan yang kuat pada bagian telinga.
b.      Kelahiran prematur.
c.       Cedera pada saat dilahirkan, terutama pada untukan telinga.
d.      Penyakit hemolisis yang seringkali disebabkan oleh faktor Rh.

3. Setelah kelahiran
a.      Anak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus, seperti gondok dan campak.
b.      Kecelakaan yang mencederai bagian telinga.
c.       Pengonsumsian antibiotik, seperti streptomycin.
d.      Menangkap bunyi yang terlalu keras dalam jangka waktu yang lama.
4.      Cacat Mental
Anak cacat mental adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hamper segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis.
Dan juga mereka kurang/terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak cacat mental banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka mempunyai ciri-ciri khas dan tingkat cacat mental yang berbeda-beda, ada yang ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Terdapat perbedaan antara cacat mental dengan sakit mental, sakit jiwa, atau sakit ingatan.
Dalam bahasa Inggris sakit mental disebut mental illness yaitu merupakan kegagalan dalam membina kepribadian dan tingkah laku. Sedangkan cacat mental dalam bahasa Inggris disebut mentally retarded atau mental retardation merupakan ketidakmampuan memecahkan persoalan disebabkan karena kecerdasan (inteligensinya) kurang berkembang serta kemampuan adaptasi perilakunya terhambat. Hal ini yang membedakan cacat mental dengan sakit jiwa ialah: Cacat mental bermula dan berkembang pada masa perkembangan, yaitu sejak anak lahir sampai kira-kira usia 18 tahun. Sedangkan sakit jiwa dapat menyerang setiap saat, kapan saja. Namun sekalipun sakit jiwa dan cacat mental berbeda, tidak mustahil anak cacat mental menderita sakit jiwa.

5.      Cacat Fisik
Orang-orang yang cacat tubuhnya atau cacat fisik adalah mereka yang tubuhnya tidak normal sehingga sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Faktor keturunan (genetik) Salah satu penyebab bayi terlahir cacat adalah faktor keturunan, Hal ini bisa disebabkan karena kelainan kromosom, kelainan gen tunggal, dan multifaktual.adapun Cacat fisik karena kecelakaan
1. Dinamika keduanya agak berbeda,
2. Tergantung juga pada usia saat terjadi kecacatan,
3. Ada tidaknya trauma.
6.      Gangguan Emosional
Gangguan emosi adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang positif dan positif, tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang    akan     dialaminya
Ada beberapa alasan orang mengalami gangguan emosi dikarenakan hal-hal seperti berikut:
a.       Seseorang mengalami emosi tertentu, seperti kecemasan, dan kemarahan yang terlalu sering atau terlalu kuat.
b.      Seseorang mengalami emosi tertentu yang terlalu jarang atau terlalu lemah. Mereka merasa tidak mampu menunjukkan rasa sayang, kepercayaan, marah atau penolakan.
c.       Seseorang merasa kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.Misalnya pacar membuat merasa bersalah, teman-teman mengecewakan, pasangan menimbulkan rasa takut, dan lainnya.
d.      Seseorang merasa mengalami beberapa konflik karena dua atau lebih emosi. Misalnya antara marah dan takut, antara benci dan cinta, dan lainnya.
7.      Epilepsi
Umumnya yang diketahui masyarakat tentang epilepsi adalah kejang. Serangan epilepsi tak selalu dalam bentuk kejang. Epilepsi merupakan gangguan kelistrikan dalam otak yang mana salah satu bagian otaknya tidak normal.
Epilepsy merupakan gangguan susu saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (Unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak, dominant dari pada proses inhibisi.
Perubahan-perubahan di dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraselular, voltage-gated ion-channel opening dan menguatkan sinkroni neuron sangat penting artinya dalam hal inisiasi dan perambatan aktivitas bangkitan epileptic.
Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstraselular dan intraselular, dan oleh gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membrane neuron.
Factor mencetus epilepsy :
1.      Tekanan
2.      Kurang tidur atau rehat
3.      Sensitive pada cahaya yang terang (photo sensitive), dan
4.      Minum minuman keras
5.      Kejadian paroksismal
8.      Kegemukan (Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1.      Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2.      Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3.      Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
9.      Penyimpangan Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh adalah istilah yang digunakan dalam menjelaskan penggunaan tubuh yang aman, efisien, dan terkoordinasi untuk menggerakkan objek dan melakukan aktifitas hidup sehari-hari (Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004 p.216) Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, berkoordinasi serta aman dalam mengerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas (Alimul A. Aziz.2006. p.96) Mekanika tubuh meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Aligment (postur tubuh)
2. Balance/Keseimbangan
3. Koordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir).
a.       Penyebab mekanika tubuh tidak baik
1.      Gizi yang tidak baik
2.      Otot-otot lemah
3.      Jasmani yang tidak aktif
4.      Penggunaan sisi tubuh yang terus menerus
5.      Pakaian dan sepatu yang tidak enak dipakai
6.      Penyakit yang kronis.
b.      Empat pola gerak yang umum
Ketentuan umum tentang mekanika tubuh yang baik adalah bahwa bagian-bagian tubuh harus menunjang satu dengan yang lain dalam satu garis vertical yang lurus langsung diatas dasar penunjang. Untuk mendapatkan pemahaman tentang mengaplikasikan ketentuan ini secara ringkas akan dianalisis empat pola gerak umum seeperti duduk, berjalan dan berlari.
B.     Faktor-faktor penyebab kecacatan
Sejak lahir
Ø    Kelainan genetika
Ø    Infeksi saat berada dikandungan
Ø    Kurang gizi
Ø    Trauma persalinan
Ø    Obat dan radiasi
Ø    Akibat penyakit menular di dalam kandungan

Masa kanak - kanak
Ø  Kurang gizi dan vitamin
Ø  Infeksi
Ø  Radang otak dan selaput otak
Ø  kecelakaan 
   
Masa remaja / dewasa
Ø  Kemunduran syaraf mata 
Ø  Benturan benda keras, tajam, cair, gas, sinar dan zat kimiapenyakit
Ø  Diabetes melitus
Ø  Hipertensi
Ø  Infeksi pada mata
Ø  Radang otak
Ø  Kornea mata rusak






Strategi Pengelolaan dan Model Pembelajaran Penjas Adaptif
A.    Materi dab Model Penjas Adaptif
1.      Pemilihan materi dan faktor pertimbangan
 Pengulangan dan perbaikan pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian rutin dari pengajatan penjas adaptif. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diselidiki secermat mungkin, dan dilaksanakan secara tepat oleh para siswa, sehingga terhindar dari cedera otot atau sendi. Pemilihan materi yang tepat, juga membantu dalam perbaikan penyimpangan postur tubuh, meningkatkan kekuatan otot, kelincahan, kelenteruran, dan meningkatkan kebugaran jasmani.
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu program pembelajaran akan lebih efektif bila diklarifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatan.
Ada beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentuka jenis dan materi pembelajaran bagi siswa :
1.       Pelajari rekomendasi dan deagonis dokter yang menanganinya.
2.      Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes pendidikan jasmani.
3.      Olahraga kesenagan apa saja yang paling diminati.
2.      Program Pendidikan Jasmani untuk Anak Cacat
Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi 3 kategoti yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak.
1.      Pengembangan gerak
a.       Gerakan  yang tidak berpindah tempat.
b.      Gerakan yang berpindah tempat.
c.       Gerakan keseimbangan.
2.      Olahraga dan Permainan
a.       Olahraga permainan yang bersifat rekreatif
b.      Permainan lingkaran
c.       Olahraga dan permainan beregu
d.      Olahraga senam  dan aerobic
e.       Olahraga pemainan air.
3.      Kebugaran dan Kemampuan Gerak
a.       Aktivitas yang meningkatkan kekuatan.
b.      Aktivitas yang meningkatkan kelentukan.
c.       Aktivitas yang meningkatkan kelincahan.
d.      Aktivitas yang meningkatkan kecepatan.
e.       Aktivitas yang meningkatkan daya tahan


B.     Pembalajaran Individu
Pembelajaran individu dimaksudkan agar kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi sesuai dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Pembelajaran individu dalam konteks ini bukan berarti melakukan pembelajaran kepada siswa satu demi satu. Tetapi proses pembaelajaran ini  dimaksud agar guru penjas dapat merencanakan aktivitas jasmani yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis kecacatan siswa.
Sedamgkan strategi pembelajarannya adalah suatu kerangka intruksional yang di terapkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh kesempatan melakukan pengalaman belajar maksimal.
C.    Metode Pembelajaran
Metode yang dapat di terapkan dalam pembelajaran penjas bagi siswa penyandang cacat dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Metode bagian dan metode keseluruhan
Dalam metode ini bisa kita dilakukan apabila struktur gerak cukup kompleks, sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian agar mendapat hasil yang optimal.
2.      Metode Kombinasi bagian keseluruhan
Kombinasi keseluruhan umumnya memberikan kemudahan dan keuntungak  bagi siswa penyandang cacat
3.      Penyampaian penjelasan dan peragaan
Metode ini sudah lazim dilakukan dalam proses pembelajaran penjas. Namun faktor penting dalam penerapannya adalah penekanan pada kombinasi penjelasan yang dilakukan dengan peragaan atau demontrasi tugas gerak yang sebenarnya.




D.    Pengembangan Strategi Pembelajaran

Pengembangan strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 yaitu

1.      Teknik Memodifikasi Pembelajaran
Kelihatannya masalah ini erat sekali hubungannya dengan berbagai metode yang telah dibahas sebelumnya, faktor yang perlu dimodifikasi dan disesuaikan para guru dalam upaya  meningkatkan komunikasi dengan siswa adalah sebagai berikut :
1.      Penggunaan bahasa
2.      Membuat konsep yang konkret
3.      Membuat urutan tugas
4.      Ketersediaan waktu  belajar
5.      Pendekatan “multisensory
2.      Teknik Memodifikasi Lingkungan Belajar
Berikut ini disajikan beberapa teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. Adapun teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut
1.      Memodifikasi fasilitas dan peralatan.
2.      Memanfaatkan ruang secara maksimal
3.      Menghindari ganguan dan pemusatan konsentarsi.
4.      Melaksanakan pengajaran individu.










Evaluasi dan Pengukuran Penjas Adaptif

A.    Pentingnya Pengukuran dan Evaluasi
Dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan jasmani adaptif, tes, pengukuran dan evaluasi merupakan faktor penting untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Maka hasil evaluasi dapat digunakan untuk merncanakan dan menyesuaikan program individual bagi setiap siswa yang memiliki jenis dan kecacatan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menyusun program yang  sesuai bagi setiap anak,termasuk usaha-usaha untuk menyempurnakan kekurangan siswa.
B.     Hakekat Tes, Pengukuran dan Evaluasi penjas adaptif
1.      Tes
Tes adalah suatu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan peralatan yang spesifik, atau memerlukan prosedur yang tertentu bila menggunakan metode observasi.
2.      Pengukuran
Pengukuran adalah suatu tehnik dalam proses penjaringan data atau hasil tes berupa simbol-simbol, misalnya skor/nilai yang dicapai oleh seseorang.
3.      Evaluasi
Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh guru pendidikan jasmani umum, sedangkan penilaian digunakan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Namun beberapa penulis buku menggunakan istilah evaluasi dan penilaian secara bergantian sesuai dengan konteksnya.
4.      Penilaian
Penilaian merupakan proses penafsiran hasil-hasil pengukuran untuk membuat suatu keputusan tentang penempatan atau pengelompokan siswa.

 C.     Tujuaan Evaluasi dan Penilaian Penjas Adaptif
Ada 4 tujuan evaluasi dan penilaian yang secara umum telah disepakati dan diterima, baik oleh guru pendidikan jasmani umum dan juga guru pendidikan jasmani adaptif yaitu sebagai berikut :

1.      Klasifikasi/pengelompokan
Salah satu tujuan tes dan pengukuran bagi siswa penyandang cacat adalah menentukan apakah siswa tersebut hsru dipisah dan ditempatkan dalam kelas pendidikan jasmani khusus, atau digabung dengan kelas lainnya.
2.      Diagnosis
Diagnosis ini berperan dalam mengenal dan mengetahui kemampuan siswa serta mengarahkan pada jenis aktifitas fisik yang cocok.
3.      Prediksi
Penilaian dimanfaatkan oleh guru pendidikan jasmani adaptif untuk memperkirakan pencapaian prestasi atau kemajuan yang diperoleh siswa dalam suatu periode tertentu.
4.      Mengukur kemajuan siswa (prestasi)
Bagi setiap guru pendidikan jasmani adaptif salah satu tujuan paling penting dari tes dan pengukuran adalah menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.
         D.    Pedoman Pengukuran Tes
         Sebelum menggunakan suatu bentuk tes, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain :
a.       Seorang guru penjas adaptif haris betul-betul memahami dengan baik tes yang akan digunakan, termasuk cara pelaksanaannya dan peruntukannya.
b.      Tes yang digunakan tersebut harus sahih, artinya tes tersebut dapat mengukur keretampilan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
c.       Tes yang digunakan harus terandal, artinya tes tersebut memberikan hasil yang konsisten.
d.      Guru penjas adaptif harus selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling tepat sesuai dengan jenis tingkatan kecacatan siswa.
e.       Suatu tes yang ditunjukkan untuk keperluan diagnosis, maka jangan hanya menggunakan tes saja, tetapi gunakan jenis tes yang lainnya.
f.       Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaanya juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih dan menggunakan tes.
g.      Tes yang digunakan harus objektif, artinya bila lebih dari dua orang yang memberikan penilaian berdasarkan tes yang dilakukan, maka hasilnya harus mendekati sama.
h.      Untuk mendapatkan kesasihan suatu tes maka lakukanlah pengetesan berulang-ulang.
i.        Harus ada saling percaya dan saling mengenal antara yang di tes dengan orang yang melakukan tes.

E.     Jenis Tes untuk Anak Cacat
1.      Tes Kebugaran jasmani
1)      Hollis fait school of physical education university of conecticut
2)      Metropolitan Toronto association for retarded
3)      AAHPERD Youth fitness tes adation for the blind (Buell, 1973)
4)      Tes kebugaran jasmani yang dibuat oleh jack hilsendager dan man, pada tahun 1973
5)      AAHPERD physical education and recreation for visually handicapped tahun  1974
6)      AAHPERD
2.      Tes Keterampilan
a.       Besic motor ability test revised
b.      Bruiniks-Gseresky test of motor profiency
c.       Six-category gross-motor test
d.      Standard brands education service oleh M. peanut
e.       ICAN body management

3.      Tes Kebugaran Morotik
AAHPERD, tes kebugaran motorik untuk anak keterbelakangan mental sedang dengan kisaran usia antar 6-20 tahun putra maupun putrid.

4.      Tes penyimpangan Sikap Tubuh
a.       Full view dynamic posture evaluation
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi sikap tubuh, yang walaupun belum ada kesepakatan mengenai bagaimana sikap tubuh yang benar.
b.      ICAN : Health and fitness
Tes ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan sikap tubuh, baik sikap tubuh statis maupun dinamis yang meliputi berdiri, berjalan, duduk, naik dan tutun tangga.



                
      Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa seperti yang dikemukakan Sagala (2006:61) bahwa: “Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Kendala yang sering di jumpai oleh para pengajar adalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi siswa yang kurang memungkinkan, dll.
Maksud dari siswa yang kurang memungkinkan keadaannya adalah siswa-siswa yang mempunyai kelainan atau cacat sehingga perlu penanganan khusus dibandingkan menangani siswa yang normal. Dalam pendidikan jasmani penanganan untuk anak-anak yang mempunnyai kelainan atau cacat biasa disebut dengan pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani yang disesuaikan.


Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

                Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus




Hubungan Olahaga Pendidikan dan Olahraga Adaptif

1.     Olahraga sebagai alat pendidikan manusia seutuhnya.
2.     Tiap-tiap individu memiliki perkembangan yang berbeda termasuk yang cacat
3.     Individu berbeda dan kebutuhan berbeda
4.     Olahraga untuk meningkatkan fungsi organ anak orag cacat

Ciri dari program pengajaran penjas adaptif
Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
  Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
  Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaannya.

  Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.
Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
ABK yang memilik masalah dalam sensoris
ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
ABK yang memiliki masalah dalam belajar
ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku
Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
2.Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3.Modifikasi teknik mengajarnya.
4.Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
  1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
  2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
  3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
  4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.







Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Dalam pendidikan jasmani penanganan untuk anak-anak yang mempunnyai kelainan atau cacat biasa disebut dengan pendidikan jasmani adaptif atau pendidikan jasmani yang disesuaikan. Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif


                   Dengan membaca dan memahami makalah ini semoga dapat menjadi suatu tambahan pengetahuan bagi pembaca tentang pendidikan jasmani dan olahraga adaptif. Semoga dengan membaca ini nantinya kita tambah peduli dengan orang yang berkebutuhan kusus dan dapat suatu pembelajaran selayaknya orang normal. Karena sangat pentingnya pendidikan jasmani adaptif khususnya bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), maka para pengajar atau guru yang bersangkutan harus lebih kreatif lagi, sehingga prestasi dan tingkat kebugaran Anak Berkebutuhan Khusus dapat setara dengan anak-anak yang normal

.        Program Pendidikan Jasmani bagi Siswa berkebutuhan khusus
Program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus tidaklah sama dengan siswa lainnya, karena setiap siswa memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan program pembelajaran yang lebih khusus disesuaikan dengan kebutuhan siswa tersebut. Walaupun saat pelaksanaan pembelajaran bersama-sama dengan siswa lain, tetapi program yang harus diterapkan berbeda dengan program pembelajaran bagi siswa lainnya. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal maka diperlukan pengembangan maupun modifikasi pembelajaran dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap siswa.




Tarigan (2000;49) mengungkapkan bahwa ada beberapa tehnik modifikasi yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus. diantaranya: modifikasi pembelajaran, dan ‘ modifikasi lingkungan belajar’.
a.         Modifikasi Pembelajaran
Tarigan (2000;49) mengungkapkan bahwa  “ untuk memenuhi kebutuhan para siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran pendidikan  jasmani maka para guru seyogiyanya melakukan modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa”.
Jenis modifikasi dalam pembelajaran ini berveriasi dan bermacam-macam disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan siswa berkebutuhan khusus, tetapi tetap memiliki tujuan untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Ada beberapa hal menurut Tarigan (2000;50) yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan pembelajaran diantaranya:
1)        Penggunaan Bahasa
Bahasa merupakan dasar dalam melakukan komunikasi. Sebelum pembelajaran dimulai, para siswa harus faham tentang apa yang harus dialakukan. Pemahaman berlangsung melalui jalinan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, mutu komunikasai antara guru dan siswa perlu ditingkatkan melalui modifikasi bahasa yang dipergunakan dalam pembelajaran.
Sasaran dari modifikasi bahasa bukan hanya ditujukan bagi siswa yang mengalami hambatan berbahasa saja, tetapi bagi anak yang mengalami hambatan dalam memproses informasi, gangguan perilaku, mental, dan jenis hambatan-hambatan lainnya.
Contohnya pada siswa Autis, dia tidak bisa menerima dan merespon instruksi yang di berikan apabila instruksi yang diberikan terlalu panjang. Oleh karena itu  instuksi yang diberikan kepada siswa autis harus singkat tetapi jelas, seperti yang diungkapkan oleh Auxter (2001:504) Begitupula dengan siswa yang memiliki hambatan  mental  dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, mereka tidak dapat memproses sebuah instruksi yang terlalu panjang sehingga instruksi yang diberikan kepada mereka haruslah singkat dan jelas.
Berbeda dengan contoh di atas penggunaan bahasa bagi siswa tunanetra dan siswa yang berkesulitan belajar harus lengkap dan jelas, karena siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam menggambarkan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mereka membutuhkan penjelasan yang jelas dan lengkap.
Sementara bagi beberapa siswa berkesulitan belajar, ada diantara mereka yang memiliki hambatan saat menerima instruksi yang diberikan, contohnya siswa berkesulitan belajar yang memiliki gangguan perkembangan motorik saat dia diberikan instruksi untuk  menggerakan tangan kanan tetapi tanpa disadari dan disengaja tangan kiri yang dia gerakan. Seperti yang diungkapkan oleh Learner dalam Abdurrahman (2003:146) bahwa “siswa berkesulitan belajar memiliki gangguan perkembangan motorik antara lain kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan  arah, dan bingung lateralitas (confused laterality)”. oleh karena itu dia memerlukan  instruksi yang jelas bahkan kalau bisa guru juga ikut memperagakan gerakan yang diinstruksikan agar siswa tidak mengalami kesalahan dalam melakukan  gerakan dan  instruksi yang diberikan harus berurutan dari tahapan awal sampai akhir karena apabila ada gerakan yang runtutannya hilang kemungkinan besar dia akan bingung saat melakukan gerakan selanjutnya.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki hambatan pendengaran guru harus menggunakan dua metode komunikasi yakni komunikasi verbal dan Isyarat yang sering disebut dengan komunikasi total. Komunikasi total ini dapat lebih memahami instruksi yang diberikan oleh guru, pada saat siswa tidak memahami bahasa isyarat dia bisa membaca gerak bibir dan juga sebaliknya.
2)        Membuat urutan tugas
Dalam melakukan tugas gerak yang diberikan oleh guru terkadang siswa melakukan  kesalahan dalam  melakukannya, hal ini diasumsikan bahwa para siswa memiliki kemampuan memahami dan membuat urutan gerakan-gerakan secara baik, yang  merupakan prasyarat dalam melaksanakan tugas gerak.
Seorang guru menyuruh siswa “ berjalan ke pintu” yang sedang dalam keadaan duduk. Untuk melaksanakan tugas gerak yang diperintahkan oleh guru tersebut, diperlukan langkah-langkah persiapan sebelum anak benar-benar melangkahkan kakinya menuju pintu.
Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam  membuat urutan-urutan peristiwa yang dialami, maka pelaksanaan tugas yang diperintahkan guru tersebut akan menjadi tantangan berat yang sangat berarti bagi dirinya. Oleh karena itu guru harus tanggap dan memberikan bantuan sepenuhnya baik secara verbal maupun manual pada setiap langkah secara beraturan.
3)        Ketersediaan Waktu Belajar
Dalam menghadapi siswa berkebutuhan khusus perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar maupun pemberian untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataan ada siswa berkebutuhan khusus yang mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan siswa-siswa lain pada umumnya.
Namun pada sisi lain ada siswa yang membutuhkan waktu lebih banyak untuk memproses informasi dan mempelajari suatu aktivitas gerak tertentu. Hal ini berarti dibutuhkan pengulangan secara menyeluruh dan peninjauan kembali semua aspek yang dipelajari.  Demikian juga halnya dalam praktek atau berlatih, sebaiknya diberikan waktu belajar yang berlebih untuk menguasai suatu keterampilan atau melatih keterampilan yang telah dikuasai
Contohnya bagi siswa yang memiliki hambatan mental dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, dia tidak dapat memproses informasi atau perintah yang diberikan dengan cepat, sehingga dia akan mengalami kesulitan dan sedikit membutuhkan waktu lebih banyak dalam melakukan kegiatan tersebut. Begitu pula dengan siswa yang memiliki hambatan motorik, mereka membutuhkan waktu yang lebih saat melakukan sebuah aktivitas jasmani karena hambatan yang dimilkinya.
Contoh kegiatannya, pada saat kegiatan berlari mengelilingi lapangan siswa yang lain di berikan alokasi waktu 2 menit untuk dapat mengelilingi lapangan, tetapi bagi siswa yang memiliki hambatan mental, motorik dan perilaku mungkin membutuhkan alokasi waktu 4 sampai 5 menit untuk dapat mengelilingi lapangan tersebut.
Jadi waktu yang diberikan kepada siswa yang memiliki hambatan  harus disesuaikan dengan kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh siswa tersebut, tetapi bukan erarti harus selalu lebih dari siswa lainnya karena pada kenyataanya ada siswa yang memiliki hambatan dapat menguasai pelajaran waktu yang dibutuhkannya sama dengan siswa lainnya. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (2000;56) bahwa:
  dalam menghadapi siswa cacat perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar maupun pemberian untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataannya ada siswa yang cacat mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan rata-rata anak normal

4)        Modifikasi peraturan permainan
Memodifikasi peraturan permainan yang ada merupakan sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani agar program pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus mengetahui modifikasi apa saja yang dapat dilakukan dalam setiap cabang olah raga bagi siswa berkebutuhan khusus.
Berikut ini ada beberapa cabang olahraga yang dimodifikasi peraturan permainannya  bagi siswa berkebutuhan khusus: 
a)        Atletik
Bagi beberapa siswa berkebutuhan khusus cabang olahraga altetik terutama cabang berlari ini tidak memerlukan begitu banyak penyesuaian, tetapi bagi siswa tunanetra dan siswa tunarungu sangat membutuhkan penyesuaian. Contoh penyesuaian yang dilakukan bagi siswa tunanetra saat mengikuti pembelajaran atletik adalah pada saat berlari siswa tunanetra memegang tali yang terbentang dari garis star sampai ke garis finish jadi saat berlari siswa tidak tersesat atau bertabrakan dengan siswa lainnya. Atau  cara  lain seperti  yang diungkapkan oleh Auxter (2005;) pada saat berlari siswa tunanetra diikuti oleh teman yang memiliki penglihatan normal  dari belakang dengan saling memegang tali. jadi pada saat harus berbelok ke kanan temannya menggerakan talinya kesebelah kanan dan itu menandakan berbelok ke sebelah kanan dan sebaliknya.
Peraturan atletik pada umumnya saat start di lakukan biasanya wasit membunyikan pistol atau peluit sebagai tanda dimulainya pertandingan tersebut. Tetapi bagi siswa tunarunggu hal tersebut tidaklah sesuai dengan keterbatasan mereka, maka diperlukan sedikit penyesuaian diantaranya dengan mengganti peluit atau pistol dengan alat yang dapat memberikan dilihat mereka contohnya seperti bendera. Jadi pada saat pertandingan dimulai wasit mengibaskan bendera sebagai tandanya.
b)      Basket
Dalam permainan bola basket bagi siswa berkebutuhan khusus diperlukan beberapa penyesuaian dan perubahan peraturan seperti:  pemain yang mengikuti permainan ini terdiri dari 6 orang atau lebih, diperbolehkan  melangkah dua atau tiga kali setelah menangkap bola. Bagi siswa tunadaksa yang menggunakan kursi roda  penyesuaian yang dilakukan dengan cara menurunkan tinggi ring dalam permainan.
Bagi siswa tunanetra bola yang digunakan harus mengeluarkan bunyi begitu pula dengan keranjang atau ringnya harus mengeluarkan bunyi agar dapat dikenali oleh para pemain. 
c)      Sepak bola
Permaiana sepakbola bagi kebanyakan siswa berkebutuhan khusus tidak terlalu banyak memerlukan penyesuaian, hanya ukuran lapangan yang harus di modifikasi karena siswa berkebutuhan khusus memiliki tingkat kekuatan atau kemampuan fisik yang lemah sehingga mudah kecapean.  Jadi mereka hanya bermain setengah  lapangan sepak bola besar atau lebih kecil lagi dari itu sesuai dengan kemampuan mereka.
Tetapi bagi siswa tunanetra ada beberapa penyesuaian yang dilakukan diantaranya bola dan gawang yang harus mengeluarkan bunyi agar bisa dikenali oleh mereka. Lapangan yang diperkecil serta tidak ada aturan  bola keluar.
Masih banyak lagi permainan atau cabang olahraga bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan penyesuaian.   
b.        Modifikasi Lingkungan Belajar
Dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa yang berkebutuhan khusus maka suasana dan lingkungan belajar perlu dirubah sehingga kebutuhan-kebutuhan pendidikan siswa dapat terpenuhi secara baik untuk memperoleh hasil maksimal.
Adapun teknik-teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa menurut Tarigan dalam Penjas adaptif (2000: 58) sebagai berikut:
1)        Modifikasi fasilitas dan peralatan
Memodifikasi fasilitas-fasilitas yang telah ada atau menciptakan fasilitas baru merupakan keharusan agar program pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat berlangsung dengan sebagai mana mestinya.
Semua fasilitas dan peralatan tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan sebuah modifikasi dan penyesuaian pada fasilitas dan peralatan yang akan digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus. Ada beberapa modifikasi tersebut meliputi:
a)         Pengecatan, pengapuran atau memperjelas garis-garis pinggir atau batas lapangan
b)        Memperlebar lintasan agar dapat dilalui oleh kursi roda
c)         Mengubah atau menyesuaikan ukuran bola dalam permainan sepak bola dan voli ball
d)        Memodifikasi bola menjadi bercahaya dan berbunyi bagi siswa tunanetra
2)        Pemanfaatan ruang secara maksimal
Pembelajaran  pendidikan  jasmani identik diselenggarakan  di lapangan yang luas dimana semua siswa dapat berlari-lari kesana kemari, sampai – sampai terkadang guru akan kesulitan apabila lapangan yang luas tersebut tidak bisa digunakan dan mungkin akan mengganti program pembelajaran yang awalnya akan diselenggarakan di lapangan menjadi pembelajaran materi di dalam kelas. Padahal sebetulnya pembelajaran pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja asalkan tidak membahayakan pembelajaran tersebut.
Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan hal tersebut tergantung kreatifitas guru dalam merancang pembelajaran tersebut dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh Tarigan (2000;60)  bahwa ‘ Seorang guru pendidikan jasmani harus selalu kreatif dan menemukan cara–cara yang tepat untuk memanfaatkan sarana yang teredia, sehingga menjadi suatu lingkungan belajar yang layak’.
3)        Menghindari gangguan dan pemusatan konsentrasi
Segala bentuk gangguan saat pembelajaran pendidikan jasmani dapat datang dari mana saja baik dari dalam  pembelajaran maupun luar pembelajaran. Gangguan tersebut dapat berupa kebisingan suara yang mengganggu konsentrasi, orang lain yang tidak berkepentingan berada di dalam lapangan, benda-benda yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran, dan lain sebagainya.
Khusus bagi siswa yang mengalami gangguan belajar, hiperaktif dan tidak bisa berkonsentrasi lama, faktor-faktor tersebut merupakan gangguan  yang sangat berarti, namun bagi siswa siswa lainnya tidak terlalu mengganggu.
Semua faktor – faktor di atas, perlu dihilangkan atau dihindari semaksimal mungkin, agar para siswa dapat memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas yang diberikan. Tarigan (2001:61) mengungkapkan bahwa Konsentrasi dan perhatian siswa dapat dialihkan dengan berbagai cara antara lain: pemberian instruksi dengan jelas dan lancar, dan guru harus memiliki antusiasme yang tinggi serta selalu ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran  

Seperti apa yang diungkapkan oleh Tarigan di atas bahwa konsentrasi dan perhatian siswa dapat dialihkan dengan beberapa cara diantaranya pemberian instruksi dengan jelas dan lancar. Instruksi yang diberikan oleh guru kepada siswa harus jelas tanpa ada singkatan ataupun kata-kata yang dapat membuat siswa menjadi bingung, dan instruksi yang diberikan  harus utuh dan lancar jangan tersendat-sendat atau terputus-putus karena hal tersebut dapat menciptakan ruang bagi siswa untuk memalingkan perhatiannya.
Cara yang kedua adalah guru harus memiliki antusiasme yang tinggi serta selalu ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung guru harus dapat berperan aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan siswa. Guru dengan siswa bersama-sama melakukan kegiatan jasmani dengan menunjukan semangat dan keceriaan yang dapat menarik perhatian siswa agar mau mengikuti kegiatan yang dilakuan.

Dasar Hukum Pendidikan Jasmani Adaptif
Dalam peraturan pemerintahan di indonesia terutama dalam dunia pendidikan banyak sekali dasar-dasar hukum yang menerangkan fungsi dan sasaran pendidikan yang akan dicapai, stiap warga negara wajib memperoleh pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Begitu juga para penderita kelainan fisik maupun psikis, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak yang akan membantu pertumbuhan serta perkembangannya. Dalam UUD 45 pasal 31 yang berisi :
1.      Setiap warga negara berhakmendapatkan pendidikan.
2.      Setiap waga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
3.      Pemerintah  mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.
Ini semua mencerminkan betapa negara memperioritaskan pendidikan bagi setiap warga negaranya.
Dalam UU sistem pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003 babIV pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelianan fisik,emosional, intelektual, dan atau sosial berhaj mendapatkan pendidikan khusus dengan memdapatkan pendidikan khusus mereka dapat tumbuh dan berkembang dan dapat menguasai keterampilan-keterampilan gerak dasar mptorik serta dapat mengopetasikan dan mengendalikan diri mereka.






















 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar